Monday, 29 July 2013

Antara Mesir, Palestina, Suriah Dan Ramadhan Kita


Kita membaca tarikh dan musuhpun menyimak sejarah; Al Aqsha dan Palestina selalu dibebaskan dari paduan 2 arah; Mesir dan Suriah. Ini pertarungan.

Khalid dari arah Suriah dan ‘Amr ibn Al ‘Ash dari arah Mesir; maka Allah memilih Abu ‘Ubaidah membebaskan Al Aqsha dan ‘Umar menerima kuncinya.

Setelah mengambil-alih Mesir dari kebobrokan Fathimiyah dan mewarisi Nuruddin Mahmud Zanki di Suriah; Shalahuddin Al Ayyubi membebas Al Aqsha.

Maka hari ini; kaum Muslimin yang sempat tersenyum oleh Mursi di Mesir dan menaruh harap pada Mujahidin di Suriah; harus lagi memanjang sabar.

Banyak kepentingan yang belum merelakan 2 negeri ini menjadi pangkalan perjuangan agar Ummat kembali dapat shalat dan beri’tikaf di Al Aqsha.

Hendaknya lalu kita tahu; kepedulian soal Mesir dan Suriah bersatumuara ke iman kita, cinta kita, rindu kita; tuk menziarahi Al Aqsha merdeka.

Hari-hari ini Mesir gegap gempita; “Suara damai ini lebih tajam dari peluru; tekad kami lebih baja dari senjata”; maka Allah menguji mereka.

Allah menyiramkan darah agar bumi Mesir subur; mengambil syuhada’ agar anak-anak sejarah tahu betapa mahal dan berharga apa nan diperjuangkan.

Juga sejak 2 tahun sebelumnya; Suriah telah membayarkan 100.000 nyawa; tapi mata dunia belum utuh terbuka bahwa musuh kemanusiaan ini nyata.

Maka hari ini; jika puasa terasa melemahkan; jika tarawih melelahkan; jika tilawah memayahkan; mari menatap sejenak ke arah Mesir dan Suriah.

Sebab mereka nan mewakili kita di garis depan iman; dibakar musim panas, direpotkan hajat, dicekam ancaman, disuguhi besi dan api; tapi teguh.

Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah; tapi tak hendak membatalkan shaum sebab ingin syahid berjumpa Rabbnya dalam keadaan puasa.

Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di tangannya; agar jika syahadah menjemput dan jasad remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya.

Hari ini ketika kolak dan sop buah tak memuaskan ifthar kita; tataplah sejenak ke negeri yang kucing pun jadi halal karena tiadanya makanan.

Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Mesir; dengan kepahlawanan mereka nan lebih suka bertemu Allah daripada hidup membenarkan tiran.

Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Suriah; ketika kisah Ibu yang memasak batu dan menidurkan anaknya dalam hujan peluru adalah fakta.

Sebab mungkin 60 tahun penjajahan kiblat pertama, masjid suci ketiga, dan penzhaliman atas ahlinya belum utuh mencemburukan hati imani kita.

by Ust Salim A. Fillah


0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...