Wednesday, 2 January 2013

Seorang Lelaki Tua Dan Kereta Api



Suatu ketika, seorang lelaki tua dengan penampilan yang cukup berwibawa masuk ke gerbang sebuah kereta api. Lelaki itu kelihatan seorang yang berusia serta berpenampilan berwibawa hingga siapa saja yang melihat pasti menyimpan rasa hormat kepadanya. Seperti penumpang lain, lelaki tadi mencari tempat duduk yang sesuai untuknya kerana kereta api akan bergerak sebentar lagi. Dia melalui deretan kerusi demi kerusi untuk mencari tempat duduk yang kosong. 

Pertama sekali dia melalui kerusi yang diduduki oleh kanak-kanak yang asyik bermain; 

"Assalaamu'alai kum?", sapanya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh, Selamat datang pakcik...", jawab mereka.

"Maaf anak-anak, ada tempat duduk yang kosong untuk pakcik tak?", tanya si tua tersebut.

“sebenarnya masih ada tempat duduk yang kosong, tetapi kami ini masih kanak-kanak dan kami suka bermain dan bergaduh, kami bimbang ia akan menggangu pakcik di sepanjang perjalanan ini, cuba pakcik cari tempat duduk lainnya saja", jawab mereka.

Maka orang tua tersebut berpindah ke deretan kerusi seterusnya... di situ dia melihat muda-mudi yang sedang asyik ‘bercouple’. Mereka duduk berduaan dengan mesra sambil melantunkan bait-bait puisi yang romantis:

"Assalaamu'alai kum?", sapanya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh, selamat datang pakcik, ada yang boleh kami bantu?" kata mereka.

"Hmm... maaf adik-adik, adakah tempat kosong untuk pakcik?" tanya orang tua itu.

"Oh, tentu ada... tetapi kami ini anak-anak muda yang sedang asyik berbulan madu.. kami bimbang pakcik akan merasa resah melihat kami bermesraan selama di perjalanan. Lebih baik pakcik mencari tempat duduk lainnya" jawab mereka.

Si tua kembali berjalan menyusuri gerbang kereta api tersebut sehingga sampai di deretan kerusi yang diduduki oleh para “bisnessman”. Mereka sibuk berbincang membicarakan projek-projek besar yang sedang mereka jalankan. Sambil membentangkan kertas kerja dan usaha mereka terlibat dalam pembicangan sangat serius itu hingga salam kedengaran kuat bagi mereka...

"Assalaamu'alai kum warahmatullahi wa barakaatuh!" kata pakcik tua itu.

"Oh.. Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wa barakaatuh... Ada apa encik?" jawab mereka.

"Maaf, bolehkah encik-encik beri sedikit ruang untuk pakcik duduk?" pinta Si tua.

"Pak cik yang terhormat, sebenarnya Kami senang hati menerima pakcik di sini...tetapi seperti pakcik lihat kami sibuk berbincang urusan “business” dan usaha kami. Kami bimbang pakcik akan terganggu dengan kesibukan kami selama di perjalanan nanti... jadi, sebaiknya pakcik cari tempat lain saja", jawab mereka.

Demikianlah, orang tua itu harus kembali berjalan terhuyun-huyun di tengah gerbang kereta api untuk mencari tempat duduk. Seterusnya, setiap kali dia melewati deretan tempat duduk selalu ada saja alasan mereka untuk menolaknya. Mereka memang menghargai “orang tua” tersebut kerana mengingati usianya yang telah lanjut dan kewibawannya, tetapi mereka tidak juga memberinya tempat untuk duduk. 

Akhirnya, setelah berjalan hingga ke hujung, tibalah di deretan kerusi terakhir... Nampak di situ sebuah keluarga duduk bersama. Seorang ayah dengan baju takwa dan serbannya, lalu ibu dengan jilbab dan busana muslimahnya dan dua orang anak mereka yang masih kecil namun sopan-sopan.

Melihat “orang tua” yang Nampak kepenatan tadi, terus si Ayah berkata: 

"Assalaamu'alai kum pakcik, ada yang boleh kami bantu?"

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wa barakaatuh, oh terima kasih banyak...", sahut Si pakcik.
(Belum sempat pakcik itu menjawab,terus si ayah berkata):

"Muhammad, kamu duduk dengan Abi di sini; dan Ahmad, kamu geser ke sebelah sana... biar ‘atuk’ duduk di tepi kamu", kata Sang Ayah kepada kedua anaknya. Mereka pun segera menuruti perintah ayahnya dan memberikan tempat duduk bagi Si “atuk”.

Alangkah bahagianya “Si tua” mendapat perlakuan baik seperti itu. Bukan saja mendapatkan tempat duduk, malahan lebih bahagia kerana merasa dihormati dan dihargai oleh mereka. Kepenatannya mencari tempat duduk selama ini dibayar sebaik mendapat tempat yang sesuai tersebut.

Priiiit!!! Bunyi peluit tanda kereta akan berangkat terdengar, dan perjalanan pun dimulai. Seperti biasa, dalam perjalanan kereta tersebut singgah di beberapa perhentian sebelum berhenti di pada tempat tujuan. Dan tiap kali kereta tersebut berhenti, selalu ada penjual makanan yang berjualan kepada para penumpang. Dan, ketika berhenti di perhentian pertama, terdengar suara penjual yang menjual makanan ringan, maka “Si tua” memanggilnya. Ketika orang tersebut datang, Si tua berkata kepada keluarga yang duduk bersamanya: “ambil apa saja yang kamu inginkan.. jangan malu-malu".

Maka mereka pun mengambil makanan yang mereka suka.. lalu Si tua mengeluarkan dompet dan membayar semuanya. seluruh penumpang terkejut melihat kejadian tersebut. Mereka berbisik: "Wah, kaya juga pakcik itu.”

Tidak lama selepas itu, pemesan makanan pula datang. Seperti biasa si tua menyuruh keluarga tadi memesan apa sahaja yang mereka mahu.. lalu membayarnya. Para penumpang tadi semakin hairan dengan apa yang mereka lihat serta menyesali perbuatan mereka menolak untuk duduk bersama si tua. 

Akhirnya, setelah menempuh beberapa jam perjalanan, tibalah kereta api di destinasinya.. terdapat acara yang sangat besar belansung disana. Terdapat kereta-kereta berkonvoi seperti menyambut ketibaan seseorang, lalu kereta –kereta tersebut berhenti dan keluar seseorang yang diiringi pegawai-pegawai terhormat masuk kedalam gerbang kereta api bersama pemeriksa kerusi, memeriksa kerusi satu persatu. Para penumpang lainnya sangat terkejut melihat yang terhormat itu adalah presiden Negara tersebut yang datang untuk menjemput tetamunya terhormatnya. 

Namun, mereka lebih terkejut melihat tetamu tersebut adalah ‘si tua’ tadinya yang mereka menolok untuk duduk bersama. 

Setelah menghampiri si tua, Presiden memeluknya erat-erat dan bersalam dengan kegembiraan. Dan menjemput si tua untuk bersamanya keistana dan mendapatkan jamuan yang ‘special’ tanda kehormatan. 

Si tua menerima dengan senang hati, namun bersyarat jika keluarga tadi harus ikut bersamanya untuk jamuan itu. Presiden bersenang hati menerimanya, dan seluruh penumpang tadi sangat menyesal atas perbuatan mereka dan kesibukkan mereka, andai mereka memberi si tua duduk bersama mereka pasti mereka tidak menyesal seperti sekarang. Namum iyanya hanyalah penyesalan seperti kata pepatah “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada gunanya” sudah terlambat penyesalan itu..

Adakah anda tahu siapa ‘si tua’ itu sebenarnya? 

Dia adalah agama… yang selama ini kita hargai dan kita hormati tetapi sering kali kita ketepikan dalam hidup ini. Ketika nilai-nilai agama hendak ditanamkan kepada kanak-kanak, kita menolak dengan alasan: "Kan mereka masih kecil.. biarlah mereka bebas bermain, bebas berpakaian, dan lain-lain.. belum masanya kita menyuruh mereka menjadi orang 'alim". Dan akhirnya zaman kanak-kanak terbiar begitu saja.

Kemudian bila mereka dewasa kita pun menolaknya dengan alasan: " kasihan remaja bila disuruh mengikut aturan agama, mereka tidak bebas bergaul, hiburan dan sebagainya mereka masih muda, masih banyak masa mereka ada untuk bertaubat dan menjadi ahli masjid, biarlah mereka menikmati masa muda mereka terlebih dahulu dan sebagainya…”, masa muda juga sudah diabaikan tanpa mempelajari agama.. 

Kemudia bila dewasa mereka sibuk dengan alam perkerjaan, dengan pelbagai tawaran dan kehidupan dunia, sibuk menguruskan business, projek2 besar dan sebagainya, masih tidak ada masa untuk belajar dan mempelajari islam…

Akhirnya umurpun sudah tua dan tiba pada penghujung usia ataupun perhentian terakhir. Tempat dimana manusia menuai hasil yang dituai. Ajal sudah sampai , kesempatan sudah tiada. Mereka hanya menyesal bila melihat orang-orang dianggap ‘kolot’, ‘pura-pura alim’ dan sebagainya mendapatkan ganjaran yang dijanjikan Allah swt di akhirat kelak.. mereka hanya menyesal yang tiada kesudahan.. bila tidak bersama si tua (agama islam) ketika semua orang menolaknya, ternyata itu semua membuahkan hasil yang tidak diduga, kenikmatan selama perjalanan(dunia) dan kebahgiaan destinasi tujuan (akhirat.

Semoga menjadi iktibar…

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...