Monday 25 July 2011

Nasihat Cinta Buat Syabab


Pemuda itu menangis tersedu-sedu di samping mihrab masjid. Mushaf ia dekap erat-kuat ke dadanya. Sesekali ia me-lap air mata yang meleleh. Ia merasa begitu rapuh dan lemah. Begitu tak berdaya menghadapi seorang wanita. Ia telah tergila-gila pada wanita itu. Senyuman wanita itu bagai purnama di gelap gulita malam. Suara wanita itu laksana nyanyian bidadari yang merasuk ke pori-pori jiwanya.

Ia menangisi dirinya yang tak lagi bisa merasakan nikmatnya berzikir. Menangisi hatinya yang tak lagi bisa khusyuk dalam shalat. Menangisi fikirannya yang selalu membawanya terbang ke wanita itu. Oh, sungguh hebat deritanya. Dulu ia begitu kokoh dan teguh. Orang-orang menganggapnya seorang laki-laki yang punya prinsip dan berkarakter. Apalagi saat orang-orang tahu dia begitu mampu menjaga hubungan dengan wanita, populariti kesolehannnya semakin dikenal dan menjadi buah bibir.

Itu dulu, namun kini ia begitu tak berdaya dan rapuh. Wanita itu betul-betul  telah membuatnya terpikat. Seorang wanita yang dalam pandangannya begitu anggun dan sempurna. Cantik, manis, cerdas, hafal al-Qur`an, sopan dan lembut dan lain-lainya. Seorang wanita yang menurutnya layak dijadikan pasangan hidup menuju syurga. Seorang wanita yang semua kriteria calon istri dambaan ia temukan pada dirinya.

Hampir tiap malam ia menangis. Jika dulu, ia menangis di kegelapan malam karena dimabuk rindu pada Sang Pencipta, kini ia menangis karena dimabuk rindu pada makhluk-Nya. Apakah Allah tengah menguji dirinya. Apakah Allah tengah menguji kejujuran cintanya. Ataukah memang sudah waktunya ia menikah.

Ia teringat dengan pesan-pesan Ustaznya sebelum berangkat ke Mesir dulu, pesan-pesan yang masih terekam kuat dalam memorinya.

"Anakku, ketahuilah dalam perjalanmu menuntut ilmu nanti, kamu akan diuji dengan banyak hal, dengan kesusahan hidup, kesulitan biaya, lingkungan, kawan-kawan, dan lainnya. Teguhkan selalu niat di hatimu dan mintalah pertolongan pada Allah setiap waktu. Dan ingatlah, ujian terberat yang akan kamu hadapi nanti adalah wanita, maka berhati-hatilah menghadapi wanita. Jangan pernah mengikuti ajakan nafsu yang menyesatkan."

"Anakku, berpacaran yang saat ini banyak digandrungi anak-anak muda adalah sikap laki-laki bermental kerupuk dan pecundang dan tipe wanita yang tak punya harga diri, menjalin hubungan secara syar`i dan menikahi dengan cara-cara yang baik, itulah akhlak seorang laki-laki yang didamba dan sikap seorang wanita calon penghuni syurga. Bila godaan itu terasa berat bagimu, berpuasa tak sanggup mengubatimu, maka menikahlah, insya Allah itu lebih berkah dan mengantarkan pada kebaikan."

"Anakku, jika kamu mengira berpacaran itu adalah jalan menuju pernikahan, maka engkau telah tertipu oleh nafsumu. Engkau telah termakan bujuk rayu syaitan durjana. Apakah engkau mau memetik buah dari pohon sebelum waktunya? Apakah engkau mau membeli barang yang telah usang dan pernah dipakai orang?"

"Anakku, janganlah engkau mengira, pacaran yang Ustaz maksud bertemu dan jalan berdua-duan semata, tapi jagalah matamu, pendengaranmu, hatimu dan pikiranmu. Janganlah menjadi pemuda yang lemah. Ingatlah, engkau adalah pemimpin, jangan biarkan hawa nafsu yang memimpinmu."

"Jika suatu saat nanti, dorongan untuk menikah begitu kuat dan menyesak di dadamu, engkau merasa telah siap, namun orang tua belum merestui dan ada jalan lain yang menghambat. Ustaz sarankan, bersabarlah, bersabarlah, dan bersabarlah. Sembari terus mencoba dan berdoa tiada henti pada Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan ketahuilah, orang-orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang berlipat, dan orang-orang sabar akan memetik mutiara iman yang begitu banyak dalam kesabarannya itu. Dan yakinlah sesungguhnya bersama satu kesulitan ada banyak kemudahan."

"Anakku, jangalah engkau tergoda oleh nafsumu, janganlah engkau tertipu dengan bisikan musuhmu, syaitan durjana. Mungkin Allah tengah mengujimu, dan menyiapkan untukmu hadiah yang indah. Maka selalulah berbaik sangka pada Allah."

Nasihat-nasihat berharga itu begitu mampu menjadi penawar bagi hatinya yang gelisah. Tapi, itu hanya bertahan sebentar, ledakan perasaannya pada wanita itu ternyata lebih dahsyat dan meluap-luap. Pesan-pesan itu hanya bertahan sesaat, lalu ketika desakan perasaan itu kembali merasuki jiwa, ia menjadi begitu rapuh dan lemah.

Sampai pada akhirnya ia menelefon Ustaznya di Indonesia. Ia menceritakan kegelisahan hatinya, keresahan jiwa, dan gejolak rasa yang selalu menyesak di dadanya. Ustaznya berpesan kembali,

"Anakku, Ustaz bisa memahami keadaanmu, barangkali sudah waktunya bagimu untuk menggenapkan setengah agamamu. Ustaz sarankan lakukanlah shalat istikharah, jika engkau menemukan ada tanda-tanda ke arah sana, maka lakukanlah shalat hajat sebanyak-banyaknya, insya Allah, mudah-mudahan dengan cara demikian Allah membuka jalan untukmu. Mintalah pada Allah dengan air mata penuh harap, menangislah sejadi-jadinya di hadapan Allah. Yakinlah, Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya."

Satu tahun kemudian, sesudah kesabaran yang panjang, setelah menyelesaikan hafalan al-Qur`annya, ia pun menggenapkan setengah agamanya di penghujung bulan Jun 2010. Ia sangat bahagia. Kebahagiaan yang tak bisa dlukiskan dengan kata-kata. Ia telah menikah dengan wanita dambaannya, seorang wanita syurga yang Allah hadirkan ke bumi untuknya. Allah telah memilihkan untuknya seorang pendamping hidup yang mecintai Allah dan dirinya dengan sepenuh jiwa dan raga.

Tak sia-sia selama ini ia menjaga dirinya dari tergelincir pada perbuatan yang haram. Ia sampaikan kerinduannya terhadap wanita itu pada Allah setiap malam, ia titipkan penjagaan untuk wanita itu pada Allah setiap saat. Ia hantarkan doa-doa penuh ketulusan untuk kebaikan dan keselamatan wanita itu selama ini. Dan kini, Allah mengizinkannya untuk memetik buah kesabarannya selama ini. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan hamba yang berserah diri pada-Nya.

Saturday 23 July 2011

Doa Seorang Pencari Cinta

Saturday 16 July 2011

Dari Mata Turun Ke Hati


Sebuah syair akan mencoba untuk mengilustrasikan kedahsyatan mata..

Dari Mata Turun ke Hati : Awal peristiwa - Dari pandangan mata - Laksana setitik bara api -Saat mata mengembara - Bak jilatan api perlahan pasti - Menerkam semua pemandangan
- Merasuk pikiran terbayang-bayang - Hasrat hati mewujudkan impian - Bermain-main mereguk kesenangan - Berbuah gelimang dosa penyesalan.

Aturan Memandang dalam Al Quran dan hadis

Allah swt. dalam Al Quran telah mewanti-wanti, “Katakanlah bagi mukmin (laki-laki)hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Demikian itu lebih bersih bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat.” “Katakanlah kepada mukmin perempuan, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka…”(Q.S. An-Nur 24: 30-31).

Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu bisa berzina dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu bisa berzina dan zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu bisa berzina dan zinanya adalah sentuhan. Hati bisa berzina dengan keinginan dan angan-angan. Baik kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (H.R. Bukhari, Muslim, An-Nasai, dan Abu Dawud). 

“Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud).

Perintah menjaga pandangan ditujukan pada para wanita. Sebuah hadis menerangkan, “…Ya Rasulullah, bukankah ia buta (Ibnu Ummi Maktum) sehingga tidak mungkin dapat melihat kami? Maka sabda Rasulullah saw. “Bukankah kamu berdua (Ummu Salamah r.a. dan Maimunah bintiaAl-Harits) melihatnya?” (H.R. Abu Daud). 

“Sesungguhnya memandang (wanita) adalah salah satu panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita karena takut pada-Ku, maka Allah mewariskan kelezatan iman di dalam hatinya.” (H.R. Thabrani).

Me’manage’ Pandangan

Q.S. An-Nuur ayat 30 dan 31, memerintahkan kaum mukminin dan mukminat untuk menjaga pandangan atau menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya agar tidak terjerumus pada perbuatan haram. Menahan pandangan atas hal-hal yang diharamkan Allah swt., disebutkan paling awal, karena menahan pandangan mata merupakan dasar untuk menjaga kemaluan dan cerminan hati yang beriman. Apabila mengumbar pandangan, otomatis mengumbar syahwat hati dan tidak beriman. Segala pandangan yang tidak sengaja dan tiba-tiba, bisa meninggalkan pengaruh dalam hati, sikapi dengan mengalihkan arah pandangan, terlarang mengulangi atau melanjutkan menatap pandangan yang tidak sengaja tadi. Pandangan yang tidak sengaja merupakan bagian dari sekadar ketidaksengajaan, sedangkan pandangan selanjutnya adalah haram dan hukumnya berdosa.

Apabila pandangan itu ditahan sejak awal, maka cara menuntaskannya menjadi lebih mudah. Senantiasa berupaya preventif(mencegah) dan antisipatif (siap siaga) tidak menyengaja mencari-cari dan mencuri-curi kesempatan menatap dalam-dalam, menatap penuh birahi. Pandangan pertama ibarat panah beracun, terlebih-lebih pandangan selanjutnya mengandung racun mematikan. Sedetik Anda lengah maka panah racun iblis akan tertancap dalam hati, memusnahkan benteng iman menjerumuskan pada perzinahan mata, dan zina seluruh pancaindera, baik diwujudkan dengan berhubungan intim ataupun tidak.

Bagi yang telah menikah, maka bila memandang tidak sengaja lawan jenis hendaklah mengendalikan ketertarikan biologisnya dengan menyadari apa yang ada pada diri wanita (pria) lain dengan istri (suami)-nya sama saja, maka selamatlah dorongan birahi yang tidak pada tempatnya. Menjadi orang yang bermuamalah dengan Allah swt. rido meninggalkan pandangan yang disukai syahwatnya, hatinya kian menjadi tenang. ”Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pandangan yang Dikecualikan

Syariat membolehkan kaum mukminin untuk memandang lawan jenisnya apabila terdapat keperluan-keperluan tertentu yang tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memandangnya, yaitu: memandang saat meminang (aurat tetap terjaga)proses pemeriksaan perkara di pengadilan, dokter yang dapat dipercaya dibolehkan melihat anggota badan wanita yang bukan muhrim pada bagian yang perlu dilihat sebatas usaha pengobatan bila tidak terdapat dokter wanita, dan saat khitan.

Manfaat Menahan Pandangan

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, manfaat menahan pandangan di antaranya membersihkan hati dari derita penyesalan dosa, mendatangkan cahaya, keceriaan, kegembiraan, kesenangan hati, kenikmatan hidup, mendatangkan kekuatan firasat yang benar (berasal dari zhahir mengikuti sunnah, batinnya merasakan pengawasan Allah swt., menahan mata dari hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari syahwat).

Membuka pintu dan memudahkan jalan ilmu, mendatangkan kekuatan, keteguhan, kekuatan hati, membebaskan hati dari tawanan syahwat yang memabukkan, melenakan dan melalaikan, menutup pintu neraka jahanam, cemerlang akalnya tidak hidup gegabah selalu memikirkan akibat di kemudian hari. Sadarlah kita, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Q.S. Al Hajj 22: 46). Wallahu A’lam.

Thursday 14 July 2011

Getaran Cinta Ahli Sufi


Syair Cinta Rabiatull Adawiyah yang menggetarkan hati dari seorang perempuan sufi :

Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu

Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup

Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaanMu
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusiaanMu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Kerana cintaku padaMu sepenuh kalbu

Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Kurniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Kurniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Kerana Engkau sendiri, cukuplah bagiku

Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan kerana takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk Syurga
Tetapi aku mengabdi,
Kerana cintaku padaNya

Ya Allah, jika aku menyembahMu
Kerana takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Kerana mengharap Syurga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku

Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakan
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki

Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini mahupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu

Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau 

Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Bila dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahsiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati kerana cinta, sebelum terpuaskan
Akan terseksa dan lukalah aku di dunia ini

Oh, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mahuMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
Oh, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua berahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu 

Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahsia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan kurnia atas doaku
Memahkotaiku, hingga hilanglah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan kurnia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”

Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
Oh, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau biarkan dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika aku telah memenuhiMu
Oh, rindu hatiku, aku pun bahagia.


Friday 8 July 2011

Aku Jatuh Cinta


“Wahai Yang Maha Agung, aku ini hambaMu. Aku menghubungimu semata-mata ingin mengadu padaMu ya Allah. Wahai Yang Maha Mendengar, aku ingin mengadu kepadaMu bahawa hatiku telah berlubang!”  

“Wahai hambaKu. Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas kamu pada badanmu, lalu kamu menerima musibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu untuk menegakkan bagimu neraca timbangan atau membuka buku catatan amalmu.” [1]  

“Akan tetapi Allah, lubang di hatiku ini sangat menyakitkan. Dan ini juga bukan kemahuanku.”  

“Wahai hambaKu, barangkali kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan barangkali kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [2]  

“Yang penting lubang di hati ini sangat dalam. Dan aku mohon pertolonganMu, mengapa tidak Engkau tutupkannya saja.”  

“Jika sekiranya Aku mahu, nescaya akan Kuberikan kepadamu wahai kekasihKu. Akan tetapi telah tetaplah kata-kataKu: Wahai dunia! Pahitkanlah kehidupan para kekasihKu, janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya, kelak engkau akan memfitnahinya.” [3]  

 “Oh begitu rupanya… Sungguh Maha Penyayang Engkau wahai Tuhanku, melindungi aku daripada fitnah dunia. Maka, sekarang aku memohon agar Engkau memberikan aku kekuatan ya Allah.”  

“Sesungguhnya Aku sekali-kali tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [4]  

“Terima kasih Tuhan, bolehkah Engkau selalu mengingatkan aku di saat aku lupa wahai Tuhanku…?”  

“Tentu. Sesungguhnya Akulah yang menciptakanmu dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatimu, dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri.” [5]  

“Tuhanku, aku sangat-sangat berharap Engkau sentiasa ada bersama denganku.”  

“Wahai hambaKu, ketahuilah bahawa Aku sentiasa berada dalam sangkaanmu, dan Aku ada bersamamu ketika kamu menyebutKu. Bila kamu menyebut-Ku dalam dirimu, Aku menyebutmu dalam Diri-Ku. Bila kamu menyebut-Ku dalam khalayak ramai, Aku menyebutmu dalam khalayak yang lebih baik daripada itu. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadamu satu hasta. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadamu satu depa. Bila kamu datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku datang kepadamu berlari-lari.” [6]  

 “Aku ingin menjadi hambaMu yang sebenar-benarnya wahai Tuhanku…”  

“Tanda pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah dengan menyangka baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya hukum-hukum-Ku, tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa malu berbuat maksiat.” [7]  

“Wahai Allah! Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah. Dan aku berjanji akan selalu mengingatiMu lebih daripada segala yang lain.”  

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingati Aku.” [8]  

SubhanAllah. Alhamdulillah. Allahuakbar. La ilaaha illAllah. La hawla wala quwwata illa billah.  
Lalu ku putuskan talian itu kerana ku tahu sebentar lagi akan ku hubungiNya lagi.    
Terima kasih Allah.  
Yang tak pernah jemu melayan kerenah ku.  
Yang lebih dekat kepadaku berbanding urat leherku.  
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.  
Terima kasih ya Allah!  

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)      

SISIPAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS QUDSI  

1.  Berkata Anas r.a. bahawasanya Nabi SAW bersabda: “Allah telah berfirman: Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.” (Riwayat Qudha’I, Dailami, Hakim dan Tirmidzi)  

2.  “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)  

3.  Berkata Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi Saw. telah bersabda: ”Allah telah berfirman: Wahai dunia! Pahitkanlah kehidupan para kekasih-Ku, janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya, kelak engkau akan memfitnahinya.” (Riwayat Qudha’i)  

4.  “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat seksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Al-Baqarah: 286)  

5.  “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qaff: 16)  

6.  Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Bersabda Rasulullah Saw.: “Berfirman Allah Yang Maha Agung: Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersama-nya ketika ia menyebut Aku. Bila ia menyebut Aku dalam dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu. Bila ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Bila ia datang kepada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya berlari-lari.” (Riwayat Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn Hanbal)  

7.  Berkata Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi SAW bersabda: “Allah telah berfirman: Tanda pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah dengan menyangka baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya hukum-hukum-Ku, tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa malu berbuat maksiat.” (Riwayat Dailami)  

8.  “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa: 14)  

Thursday 7 July 2011

Kekasih Agung Sedang Cemburu


Anda Buat Dia Cemburu?

Anda sedang asyik bersms dengan seseorang yang bukan mahram tanpa  urusan penting?
Anda sedang ternanti-nanti panggilan tanpa keperluan dari si dia?
Anda sedang menunggu saat-saat dapat bertembung dengannya dan saling menikmati pandangan?
Anda sedang memilih minyak wangi paling harum untuk keluar ‘dating’?
Err, jika jawapannya ya, anda sedang membuatkan Kekasih Agung anda sangat cemburu.
Berkata Ibnul Qayyim al-Jauziyah, “Allah SWT cemburu terhadap hati hamba-Nya yang mengabaikan cinta, harap dan takut kepada-Nya, dan ada sesuatu yang lain di hatinya selain Dia.”
Kata-kata ulama muktabar ini ada asasnya daripada sabda Rasul SAW. Daripada Mughirah RA katanya: Saad bin Ubadah mengatakan :
“Demi Allah, aku lebih cemburu  daripadanya (Saad bin Ubadah yang takut isterinya berzina). Dan Allah lebih cemburu daripadaku. Kerana itu dilarang-Nya mengerjakan perbuatan keji, baik yang terang atau pun yang tersembunyi. Dan tiada seorang pun yang suka memberi maaf lebih daripada Allah, dan kerana itu diutus-Nya orang-orang yang akan memberikan berita gembira dan orang-orang yang memberikan peringatan. Tiada seorang pun yang suka menerima pujian lebih daripada Allah, dan kerana itu (untuk orang memuji-Nya) dijanjikannya syurga.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Cemburu Allah Tanda Besarnya Cinta

Kecemburuan Allah langsung tidak menunjukkan kerendahan atau Dia perlukan kita. Maha suci Dia daripada sebarang sifat kekurangan. Cemburu Allah adalah tanda besarnya cinta Yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-Nya.
Dia tak memerlukan kita. Dia tak luak dengan kelalaian kita. Tak terjejas tanpa cinta kita.
Tapi kita?
Keperluan kita kepada cinta-Nya lebih penting daripada kita memerlukan makanan, minuman atau oksigen. Mencintai Allah adalah fitrah hidup kita semua.
Dia faham kalau  kita mempunyai rasa cinta sesama mahkluk malah Dialah yang menganugerahkan perasaan cinta itu. Ianya membelai  setiap hati tanpa ada siapa  yang terkecuali. Namun, Dia cemburukan hati kita yang meletakkan cinta lain lebih agungdaripada-Nya kerana Dia sayangkan kita. Dia tak mahu kita menempah jalan sengsara. Dia menawarkan cinta yang tak pernah mengenal kecewa. Inilah hakikat keagungan cinta.
Firman Allah SWT, “Dan di antara manusia ada yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman lebih besar kecintaannya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165).
“Mereka mencintainya sebagaimana atau sama  dengan mereka mencintai Allah,” Inilah yang dimaksudkan  meletakkan cinta lain lebih agung daripada-Nya kerana lebihmemberi perhatian, fokus dan kesediaan berkorban kepada makhluk, bukan kepada Allah.
Namun, jika mencintai makhluk  kerana Allah, bukan bersama Allah, ia adalah perkara fitrah yang boleh  menghantar kepada redha Allah jua. Patutlah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah telah mengkategorikan cinta kepada 3 jenis:


1.Cinta kepada Allah.
2.Cinta kerana Allah.
3.Cinta bersama Allah.
Cinta-Nya cinta utama.
Cinta-Nya mebuatkan semua masalah besar terasa kecil kerana kita ada Allah yang Maha Besar untuk menyelesaikannya.
Cinta-Nya membuatkan kita berasa kuat dan yakin diri kerana percaya ada Raja yang mempunyai kerajaan langit dan dunia bersama kita.
Cinta-Nya membuatkan hidup kita mulia kerana merasakan diri kita hanya hamba-Nya, tidak boleh diperhambakan oleh sesama manusia.

Di Mana Tingkat Cinta Kita?

            Prof. Dr. Syeikh Abdullah Nasih Ulwan di dalam bukunya Islam dan Cinta meletakkan tiga tingkat cinta berdasarkan Surah al-Taubah, ayat 24, iaitu:
1)Cinta agung- cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya.
2)Cinta pertengahan-cinta kepada ayah, anak, saudara, isteri, tempat tinggal, perniagaan dan lain-lain.
3)Cinta rendah- melebihkan cinta pertengahan daripada cinta agung.


           Cinta rendah mendapat ugutan Allah SWT, “Tunggulah, hingga Allah datangkan peringatannya.”
Di mana letaknya kedudukan cinta pak we dan mak  we? Hmm, tidak masuk senarai pun.
Perhatikan baik-baik, kedudukan cinta rendah, iaitu melebihkan cinta pertengahan daripada cinta agung mendapat ugutan Allah. Padahal apa  yang dilebihkan itu masih lagi cinta kepada yang halal. Itupun sudah mengundang murka Allah. Bagaimana pula jika kita meletakkan cinta kepada yang belum  halal lebih daripada cinta Allah SWT?
Tidak hairanlah Saidina Abu Bakar amat risau melihat kecintaan anaknya, Abdullah kepada isterinya, Atikah secara berlebih-lebihan. Cinta suami isteri itu adalah cinta yang halal. Namun, apabila Abdullah lebih asyikkan Atikah daripada menyahut panggilan azan di masjid, Abu Bakar meminta puteranya menceraikan Atikah. Atikah itu adalah wanita  yang solehah. Itupun, cinta tulusnya masih mengundang  fitnah. Apapun, ketulusan hati kedua-dua pasangan itu kembali melebihkan cinta Allah berbanding cinta  makhluk menyebabkan Abu Bakar meminta Abdullah merujuk kembali Atikah.
Oh  diri, di mana kedudukan cintamu sekarang ini? Astarghfirullah!

Bila Kita Tak Kisah

            Apabila kita tak ambil kisah tentang kecemburuan Allah SWT, terus mengagungkan makhluk lebih daripada-Nya, bimbang cinta Kekasih Agung akan meninggalkan kita. Teringatkan makhluk itu lumrah namun melebihkan ingatan kepada makhluk berbanding kepada Allah, itu yang mengundang  fitnah.
Azab Allah yang amat berat di dunia ialah apabila Dia memisahkan kita daripada jalan-jalan menuju hidayah, menuju ke syurga. Apabila Allah SWT memisahkan kita daripada kebaikan-kebaikan, maka apa ertinya hidup kita ini lagi?
         Lebih menakutkan apabila Allah menghilangkan ‘rasa’ yang boleh menyelamatkan hidup kita. Ketika itu, kita biasanya hilang pertimbangan yang wajar dalam mengambil sesuatu kepitusan bijak.
Pernah dilaporkan di dalam akhbar bagaimana seorang gadis dengan mudahnya ditipu tanpa sebarang rasa. Gadis itu menunggu abangnya di perhentian bas. Tiba-tiba, sebuah teksi berhenti dan seorang pemuda keluar daripada tempat duduk belakang. Dia meluru kepada gadis itu dan mencaci-maki dirinya,
“Memang sah, kamulah yang curi handphone saya,” tuduhnya. Gadis itu membela diri sambil terpaksa bertebal muka dan menahan malu terhadap orang sekeliling ketika itu,
“Hey, saya tak tahu apa-apa.”
“Kalau kamu rasa kamu betul, mari kita selesaikan di balai polis.”
Gadis itu tanpa curiga terus mengikut lelaki itu menaiki teksi. Teksi membawanya ke sebuah hotel. Akhirnya, dia dirogol di situ.
Kenapa begitu mudah dia ditipu oleh lelaki jahat itu?
Syariatullah, Allah mahukan kita cinta kepada-Nya dan mencintai makhluk hanya  kerana-Nya. Allah mahukan kita tidak melebihkan sesuatu melebihi-Nya. Itu yang Allah mahukan dan itulah target hidup  yang kita perjuangkan.
Sunnatullah, hukum alam pula menyaksikan manusia mudah lalai, mudah alpa, lupa dan lena. Lantaran itulah kita perlu sentiasa menghiasi diri  dengan taubat, bermujahadah setiap  masa sehingga tiba saat bertemu dengan-Nya. Sama-samalah kita mencontohi sensitifnya Rasulullah para sahabat menjaga cinta mereka. Hinggakan ada sahabat yang berasakan dirinya munafiq saat berada jauh dari Rasul tatkala leka bergurau senda dengan keluarga, padahal para sahabat bukanlah ahli dosa. Kita pula bagaimana?  Pernahkah kita  berasa hati kita sensitif untuk dalam memelihara iman kepada-Nya?

Bagaimana Mereka Menguruskan Cinta

            Ya, ketertarikanmu pada si dia itu lumrah. Fitrah yang Allah hadirkan. Setiap fitrah ada peraturannya. Fitrah makanpun ada peraturan, inikan pula fitrah cinta?
Oleh itu, wajarkah anda mencipta langkah seterusnya tanpa membelek sedikitpun peraturan yang telah Allah tetapkan?
            Sanggupkah dirimu mencipta sebuah kenangan cinta tanpa perturan? Penuh maksiat hati. Menjalar pula pada maksiat perbuatan.
Remajaku sayang,
Bukan dirimu sahaja yang mengalami rasa cinta malah semua orang tak kan terkecuali termasuk para rasul, sahabat dan orang-orang soleh. Bezanya, bagaimana mereka menguruskan perasaan itu? Bagaimana pula kita menguruskannya?
            Ibnul Qayyim menukil indah di dalam bukunya Raudhatul Muhibbin tentang kisah Saidatina Fatimah Az-Zahra pada malam pertama. Fatimah, puteri Rasulullah si pengantin baru berkata kepada suaminya, Saidina Ali, “Kanda, dulu sebelum kita nikah, dinda teringin sangat nak jadi isteri seseorang. Dinda amat menganguminya.”
            Dengan penuh cemburu, Saidina Ali berkata, “Habis tu, dinda menyesal nikah dengan kanda?”
            Si isteri menjawab nakal dengan senyuman menghias bibir, “ Tak kandaku sayang, kerana orang itu adalah kanda.”
            Kisah ini menjadi alah satu bukti jelas pada kita bahawa puteri Rasulullah sendiri pernah memendam perasaan cinta kepada Saidina Ali. Mengagumi, merindui dan memasang impian hidup bersamanya.
            Namun, adakah si gadis beriman itu berani menghantar surat tanpa pengetahuan wali? Bersms melalui burung merpati? Mengatur ‘dating’ di belakang pohon kurma? Membonceng unta kekasihnya?
            Begitu juga Saidina Ali, adakah dia melalaikan Fatimah dengan janji-janji kosong sebelum menikah? Adakah dia meminta-minta sesuatu daripada Fatimah dengan ayat ‘power’,
“Sayang tak percayakan abang?”
“Kalau sayang mana buktinya?”
Adakah dia meredah hak wali dengan terus mengorat gadis idamannya? Adakah dia terburu-buru merebut cinta Fatimah yang turut diimpikan oleh Saidina Abu Bakar dan Umar dengan membawanya lari? Adakah dia meminang Fatimah ketika tidak membina kualiti diri?
            Kita pula bagaimana menguruskan perasaan fitrah kita pada si dia? Adakah dengan jalan yang menghampiri fitnah atau dengan jalan yang menghampiri barakah?

LELAKI SOLEH PUN CEMBURU KERANA IA LUMRAH CINTA

1)      Rasulullah mencemburui Mariah al-Qibtiyah
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Lahi’ah dari Yazid bin Abi Habib dari Abdur Rahman bin Syamasah al-Mahri dari Abdullah bin Umar, ketika Mariah al-Qibtiyah mengandungkan anak Rasulullah, Ibrahim, seorang kerabat lelakinya daripada Mesir kerap datang menizarahinya. Suatu hari, Rasulullah menemui Mariah dan melihat kerabatnya ada bersamanya. Rasulullah berasa cemburu. Baginda keluar dengan rona wajah yang berubah. Di jalanan, baginda bertemu Umar. Umar perasan ada sesuatu yang Rasulullah pendam. Umar lantas bertanya keadaan baginda. Rasulullah menceritakan kecemburuannya terhadap kerabat Mariah. Umar lalu menghunus pedang lalu mencari lelaki itu. Dia mahu membunuhnya. Lelaki itu segera menyingkap keadaan zakarnya yang sudah dipotong. Umar tidak jadi membunuhnya. Dia menemui Rasulullah. Rasulullah berkata, “Jibril telah datang kepadaku dan membebaskan Mariah dan saudaranya daripada tuduhan yang terlintas pada diriku.” (Riwayat Bazzar).

2)      Umar Cemburukan Isterinya Ke Masjid
Umar bin al-Khattab tidak kurang besar cemburunya. Pernah isterinya keluar untuk solat berjamaah di masjid. Dari riak wajahnya, isterinya tahu Umar tidak suka dan sedang cemburu. Lalu isterinya berkata. “Jika kanda melarang, dinda tak pergi.” Umar diam sahaja kerana ingat pesan Nabi, “Janganlah kalian melarang para wanita pergi ke masjid.” (HR Bukhari, Ahmad dan Abu Daud).

3)      Cemburu Diambil kira Untuk Meringankan Hukuman
Pernah ada kes di zaman Umar, seorang lelaki membunuh isterinya dan seorang lelaki lain kerana melihat mereka sedang berzina. Sekelompok ahli fiqah berpendapat dan di antaranya Imam Ahmad bahawa jika seorang pemuda menemui lelaki lain sedang berzina dengan isterinya, lalu dia membunuh keduanya maka tiada qishas baginya, serta tiada wang diyat. Kecuali jika dia membunuh isterinya yang sedang diperkosa, maka perlu diqisas. Namun, ucapan suami semata-mata tidak boleh diterima kecuali dengan saksi oleh walinya dan bukti. Walau bagaimanapun, perlu diingatkan bahawa Ibnul Qayyim berkata, cemburu yang membuat pencinta menghukum kekasihnya dengan sangat berat begini adalah cemburu yang tidak terpuji.

4)      Ibnu Umar Cemburu Mendengar Bicara Isterinya dengan Lelaki Kerabatnya
Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Ibnu Abi Mulaikah menyebut bahawa Ibnu Umar mendengar isterinya berbicara dengan seorang lelaki dari balik tembok. Di antara mereka masih ada hubungan kekeluargaan. Namun Ibnu Umar tidak mengetahuinya. Lalu dia mengumpulkan pelepah kurma dan memukul isterinya hingga si isteri berteriak kesakitan.

5)      Cemburu Muaz Bin Jabal Saat Makan Epal
Al-Kharaithi menyebut dari Muaz bin Jabal bahawa dia makan epal bersama isterinya. Lalu masuklah hambanya menemuinya. Kemudian si isteri memberikan epal yang telah dimakan sebahagian kepada hamba itu. Muaz rasa cemburu. Dia lalu memukul isterinya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...