Saturday 28 September 2013

Nikmat Yang Sempurna

 

Menjadi seorang lelaki adalah nikmat,
dan sempurnanya nikmat itu dengan Allah wujudkan wanita.

Bernikah adalah nikmat,
dan sempurnanya nikmat itu dengan Allah hadirkan cahaya mata.

Bagaimana pula dengan orang yang bujang?

Menjadi seorang bujang adalah nikmat,
dan sempurnanya nikmat itu dengan terhindar daripada ujian 
menjadi isteri atau suami derhaka.

Menjadi pasangan berkahwin tidak beranak itu nikmat,
dan sempurnanya nikmat itu dengan terhindar daripada ujian anak yang durhaka.

Semuanya adalah nikmat andai hidup bertuhankan Allah,
memandang makhluk dan ciptaan dengan pandangan penuh rahmah.

Allahu…

“fabi ayyi ala’i rabbikuma tukazziban”
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?


Thursday 19 September 2013

Belajar Itsar Dari Para Sahabat


Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudara kita di atas apa-apa yang kita inginkan meskipun kita sangat membutuhkannya. Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam salah satu risalahnya menjelaskan bahwa itsar merupakan puncak ukhuwah (persaudaraan) dan persaudaraan ini tidak boleh melebihi itsar. Dan batas minimal dari ukhuwah adalah berlapang dada terhadap saudara sendiri.

Kisah Itsar Kaum Anshar Terhadap Kaum Muhajirin

Dalam surat Al-Hasyr ayat 9, Allah menjelaskan itsar dengan sangat indah " ... dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." Ayat ini menjelaskan tentang kisah itsar kaum Anshar yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman terhadap kaum Muhajirin yang baru berhijrah ke Madinah.

Rasulullah saw mempersaudarakan mereka dan setiap orang mengajukan diri sesuai kemampuannya, ada yang satu orang, dua, bahkan tiga orang Muhajirin. Dari sekian sahabat Anshar, tersebutlah sahabat Saad bin Ubaidah ra., hal istimewa yang dilakukan oleh Saad adalah dia membawa 80 orang dari kaum Muhajirin kemudian menjual beberapa tanahnya yang berupa kebun kurma dan membangun pondok-pondok yang dipakai untuk tempat tinggal kaum Muhajirin itu. Putra Saad pun, Qois bin Saad adalah seorang yang sangat dermawan. Begitu dermawannya sampai-sampai Abu Bakar berkata "ini jika dibiarkan maka harta orang tuanya akan habis tak tersisa." Kalimat itu didengar oleh Saad, ia marah kemudian mengadu kepada Rasulullah saw. Saad berkata "Wahai siapa yang mampu membela aku atas Abu Bakar dan Umar? Ada orang yang bertanya kenapa? Abu Bakar dan Umar mengajarkan pada anakku kekikiran dengan meminjam namaku."

Kisah Itsar Abu Thalha Dalam Menjamu Tamu

Imam Ahmad mengisahkan bahwa suatu saat Rasulullah saw kedatangan seorang tamu dan tamu itu menyatakan bahwa dia (tamu itu) memerlukan tempat menginap, makan malam, dan keperluan beberapa hari kerana bekalnya habis. Rasulullah saw bukanlah seorang yang mudah menolak permintaan, tetapi jika keadaan beliau tidak memungkinkan untuk memenuhi permintaan orang lain maka akan menawarkan kepada para sahabat. Maka kemudian seorang sahabat bernama Abu Thalha Al Anshori bersedia menjamu tamu tersebut. Dibawalah ke rumahnya tamu tersebut. Sampai di rumah Abu Thalha berbicara kepada istrinya Ummu Sulaim, namun kata Ummu Sulaim "Kita tidak punya apa-apa, hanya ada makanan, itupun hanya untuk anak kita." Namun Abu Thalha menjawab "Lakukan apa yang kuminta ini, pura-puralah bahawa minyak kita habis sehingga lampu tidak dinyalakan malam ini dan segera tidurkan anak-anak. Kemudian hidangkan segera makanan itu untuk tamu kita dalam satu piring dan hidangkan sebuah piring kosong untukku. Aku akan menemani dia makan."

Kemudian makanan dihidangkan dalam ruangan gelap. Sebuah piring kosong dihidangkan di depan Abu Thalha dan piring yang berisi makanan dihidangkan dihadapan tamu tersebut. Tamu itu makan dengan lahap sedangkan Abu Thalha berpura-pura seolah-olah makan dengan cara mengerik piring kosong yang ada di hadapannya sampai kemudian tamu itu selesai makan.  Pagi harinya, Rasulullah saw menemui Abu Thalha dengan wajah berseri-seri kemudian berkata "Allah SWT takjub kepada apa yang kalian lakukan tadi malam."

Itsar Dalam Memberi Kehidupan

Ini adalah kisah sahabat Ikrimah dalam perang Yarmouk, yakni perang tentara Muslim dengan tentara Romawi. Setiap musuh yang mendekat pasti mati di tangan Ikrimah. Sampai kemudian Ikrimah terluka sangat parah. Dalam keadaan sakaratul maut, ada seseorang yang menawarkan air minum kepada Ikrimah. Namun Ikrimah menolak karena mendengar suara prajurit lain yang terluka dan sama-sama memerlukan air. Ikrimah mendahulukan air untuk orang itu. Saat si pembawa air mahu menuangkan air pada mulut prajurit yang terluka, prajurit itu menolak karena mendengar prajurit lain yang sama-sama terluka merintih meminta air. Ia pun meminta si pembawa air untuk memberikan pada orang prajurit ketiga. Namun sesampainya si pembawa air di prajurit ketiga, ternyata prajurit itu sudah syahid. Saat ini berlari kembali ke prajurit kedua, dia pun sudah syahid, begitu pun saat ia berlari kembali kepada Ikrimah, ternyata Ikrimah pun sudah syahid. Semua yang melihat peristiwa itu menitikkan air mata. Mereka berkata, "Subhanallah, mereka pasti menjadi tetangga yang mesra di syurga kerana itsar."


Wednesday 18 September 2013

Daun Yang Jatuh Takkan Membenci Angin


“ Wahai Tuhanku, betapa telah Kau aturkan perkenalan
sehingga membenihnya persahabatan
dan Kau pupuk ia tumbuh subur di hati kami
agar bercambah keimanan.

Namun andai hadirku menjadi ulat
yang merosakkan antara dia dengan-MU,
maka tidak ada tangguh untukku
berundur dari dalam hidupnya.

Kerana-Mu Tuhanku,
saat aku memohon teman
yang mengemburkan keimanan
dan Kau anugerahkan dia
menjadi pohon singgahsana
agar rimbunnya menjadi teduhanku
dari bahang kemarau kehidupan.

Bagaimana Kau meminta dia dariku kembali,
sedang aku dan dia nyata milik-MU.

Pada-Mu kuserahkannya,
andai pengorbanan itu mahar keredhaan,
Kerana saat Kau hadirkan pertemuan,
telahku redha untuk sebuah perpisahan.”

Pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang tidak pernah kita kenal siapa dia, tidak pernah kita tanyakan dari mana asalnya. Dan dia duduk seketika bersama kita, menyinggahi kamar kehidupan dan meninggalkan kalam bisunya di ruangan jiwa.

Dimensi pertemuan itu berbeza, saat kita tidak pernah melihat wajahnya namun kita bagai tahu bagaimana redup pandangannya. Dan tika kita tidak pernah sekali pun mendengar suaranya, kita bagai kenal nada bahasanya.

Dan kita tertawan pada agamanya, saat tazkirah dan nasihat menjadi utusan hatinya. Saat hadis-hadis Baginda bermain dalam ratib bahasanya dan al-Huda menjadi ayat karangan jiwanya. Dan bagi kita, sahabat adalah keperluan jiwa. Dialah ladang hati, yang kita taburi dengan kasih dan kita tuai dengan penuh rasa terima kasih. Dan pada kita, dialah anugerah istimewa dari-Nya saat kita memohon pada-Nya memilih teman perjalanan yang terbaik dalam kembara perjuangan di jalan-Nya.

Begitu tika Dia hadirkannya berkali-kali menemani lena kita, saat istikharah yang kita pinta menjadi jawapan-Nya. Sehingga seluruh jiwa kita menyangka dialah sahabat yang bakal menjadi menjadi tonggak perjuangan selama masa kehidupan. Dan tika itu kita mengharapkan persahabatan yang berpanjangan dengan ikatan yang lebih kukuh dan diredhai agar utusan hatinya sentiasa menemani kita, ratib bahasanya terus didendangkan di telinga dan karangan jiwanya terus kemas terukir saat kita alpa.

Dan tidak pernah ada prasangka, bagaimana andai hadir kita memberi masalah padanya kewujudan kita tanpa sedar mengganggu hatinya bertemu Pencipta. Dan kita terpaku tiba-tiba, dari doa yang kita pohon agar persahabatan dinaungi rahmat-Nya tiba-tiba bertukar cela. Mungkinkah dalam persahabatan itu penuh terpalit dosa, apakah nasihat kita melaghokan jiwanya saat kita bersahabat kerana agama-Nya.

Namun tiba saat mengharuskan kita sedar, saat pertemuan diqasadkan untuk memburu redha-Nya maka perpisahan kerana-Nya pasti membuah makna. Tika kita merunduk tawadhu` pada ketentuan-Nya dalam kudus jiwa kita membelas pada ketentuan takdir. Yakinlah Dia tidak pernah menganiaya hamba-Nya.

Daun yang jatuh takkan sekali-kali membenci angin. Dan amankanlah hatimu dengan janji-Nya: "..Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya." (Fussilat: 46)


Friday 13 September 2013

Duhai Ibu


Belaian kasihmu sentuhan lembutmu
Tak ada yang dapat menggantikan itu
Kau curahkan cinta dan kasih sayangmu
Tak berbatas waktu

Di setiap hadirmu
Kau bimbing langkahku
Dan tuntun aku untuk raih segala mimpi
Kau pelita hati yang selalu terangi
Setiap sisi hidupku

Tetes keringat jadi saksi
Air mata pun menghiasi
Senyum tawa hadir
Saat kau membesarkanku

Cinta suci yang kau curahkan
Sungguh tak dapat terbalaskan
Terima kasihku atas segala cintamu
Duhai ibu..


Thursday 12 September 2013

Dunia Membisu


Di sini firdausi seindah khayali
menarik mata melirik sejuta
dihiasi kota-kota lama penuh cerita
bak butiran mutiara di kalungan masa.

Sedang di angkasa terbang leluasa
jentera rakus Syaitan Damaskus
mengugurkan api bencana insani
meruntuh tradisi mulia nurani.

Selama empat dekad kezaliman merembat
bahagia penghuninya termamah lumat
kemuncak derita berkunjung akhirnya
tiada beza haiwan, pepohonan dan manusia
semua mangsa tertampar duka.

Di sini sikecil comel
berkaki ayam comot berdebu
tiada bezanya kelabu batu
menyurami matanya yang jeli dan biru
mengotori kulitnya yang putih dan gebu.

Dia lebih kenal kelongsong peluru
dari botol susu.

Dia lebih selalu melihat merah darah
dari kuning keju.

Dia lebih selalu mendengar tangis sendu
dari dodoi seorang ibu.
(kerana ibunya telah terkorban seminggu yang lalu)

Dia tak lagi mendengar tawa senda bersama ayah bonda di taman bunga
hanya terdengar jeritan kemanusiaan terluka.

Segala deritanya kan dibasuh masa
namun kebisuan dunia kan terpahat selamanya.

-Fikrul Mustanir-


Monday 2 September 2013

Maafkan kami Syria, Mesir dan Palestin


Maafkan kami Syria, Mesir dan Palestin
Disaat kami mengira letupan bunga api di langit
kamu mengira berapa ramai tubuh yang syahid

Maafkan kami Syria, Mesir dan Palestin
Disaat kami bergembira bersama anak isteri dan keluarga kami
kamu berduka meratapi sanak saudara yang pergi

Maafkan kami Syria, Mesir dan Palestin
Disaat anak-anak muda kami berpesta berdansa lupa diri
anak-anak muda mu bangkit membela agama dan pertiwi

Maafkan kami Syria, Mesir dan Palestin
Siapalah kami dibanding dengan diri kamu yang diuji sedemikian
oleh Yang Maha Penentu yang lebih mengetahui 
hikmah disebalik kesemua yang berlaku

Doa kami buat kamu, tidak pernah akan luntur
Maafkan kami Syria, maafkan kami Mesir dan maafkan kami Palestin


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...