Friday 31 January 2014

Cahaya Allah



Renungan buat para penuntut ilmu
Bukan saja-saja Allah meletakkan kamu dalam bidang itu
Bukan saja-saja Allah mengurniakanmu kepakaran itu
Bukan saja-saja Allah memberikan ujian sebegitu
Bukan saja-saja Allah membiarkanmu
Mengemudi dalam keadaan sebegitu

Melainkan Allah tahu
Kamu akan memberikan sesuatu dalam bidang itu
Melainkan Allah tahu kamu akan membiakkan ilmu-ilmu itu
Melainkan Allah akan temukan kamu dengan
Insan-insan yang ikhlas membantu

Melainkan Allah mahu menguatkanmu
Melainkan Allah mahu kamu tahu
Betapa tingginya kasih sayang-Nya padamu..

Berkata Imam As-Syafie, 
"Aku mengadu kepada Waqi' (guruku) masalah hafalanku 
maka beliau menasihatiku supaya meninggalkan maksiat, 
kerana katanya ilmu itu cahaya dan cahaya Allah 
tidak akan dikurniakan kepada orang yang melakukan maksiat."


Saturday 25 January 2014

Izinkan Aku


Allahku,
Izinkan lidahku
Pertama, menyebut nama-Mu
Sebelum mataku terlena
Pertama, mengungkap nama-Mu
Setelahku terjaga semula

Allahku,
Izinkan kakiku
Berlari menyahut panggilan-Mu
Tatkala azan-Mu berkumandang
Tetap merangkak datang
saatku kesakitan
Kerana aku tidak rela
Hidup dalam kerugian

Duhai Allahku
Izinkan bibirku
Basah membaca Quran-Mu
Biar berulang
Isinya segar sepanjang zaman
Aku tak rela
Hidup dalam kebosanan
Bila hati jemu dengan kebenaran

Duhai Allahku,
Bantulah aku memiliki
Hati yang berperasaan
Hati yang merasai
Pentingnya...
Mengekspresikan cinta
Kepada Tuhan.


Thursday 23 January 2014

Mujahidah Islam : Ummu Aiman


Rapatnya beliau dengan Rasulullah saw tidak membuat Ummu Aiman untuk meminta alasan kepada Rasulullah saw untuk tidak turut serta dalam jihad. Ummu Aiman memiliki jasa besar dalam lapangan jihad. Dia ikut bergabung dalam Perang Uhud sebagai pemberi air minuman untuk para mujahidin dan memberikan khidmat perubatan untuk mujahid yang terluka.

Tak hanya itu, Ummu Aiman juga ikut serta dalam Perang Khaibar bersama beberapa isteri para sahabat.  Setelah kemenangan, Rasulullah saw memberi mereka sebahagian dari harta rampasan perang (ghanimah). Lalu pada Perang Hunain, dia berada dalam satu rombongan bersama kedua-dua puteranya, Aiman dan Usamah. Kedua-dua anaknya termasuk para sahabat yang teguh bertahan melindungi Rasulullah saw pada saat itu. Namun kemudian Aiman  mati syahid. Kesyahidan Aiman semakin menambah keimanan dan penyerahan total dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan pada Perang Mu`tah, suaminya (Zaid bin Haritsah) yang bertindak sebagai komandan pasukan menjadi pahlawan syahid yang pertama. Ummu Aiman menerima berita kesyahidan suaminya dengan hati yang redha dan sabar. Dia menggantungkan harapannya kepada Allah SWT semata-mata.

Ketika Rasulullah saw wafat, Ummu Aiman terdiam dengan kesedihan meliputi hatinya. Air mata membanjiri kedua matanya. Tergeraklah batinnya yang bersih, lalu memuji Nabi dengan syair yang indah:

“Mata menangis... kerana air mata itu menyembuhkan. Maka perbanyaklah tangismu
ketika mereka berkata “Rasul telah tiada", Itulah musibah tiada nilai taranya. Tangisilah orang terbaik yang menjadi nikmat bagi kita di dunia. Orang yang diistimewakan dengan wahyu dari langit.”

Ummu Aiman dikenal kerana ketulusannya berbakti kepada Rasulullah saw, Ummu Aiman juga memiliki keluasan ilmu, keutamaan, dan kecerdasan. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Muslim dari pada Anas, dia berkata bahawa setelah wafat Rasulullah saw, Saidina Abu Bakar berkata kepada Saidina Umar, “Marilah kita berangkat menuju rumah Ummu Aiman untuk mengunjunginya sebagaimana Rasulullah saw selalu mengujunginya.” Ketika tiba di rumahnya, mereka mendapati Ummu Aiman sedang menangis. Saidina Abu Bakar bertanya, “Kenapa engkau menangis, segala apa yang telah dikehendaki Allah adalah yang terbaik bagi Rasulullah saw?”

Dia menjawab, “Aku menangis bukan kerana aku tidak tahu bahawa segala apa yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik bagi Rasulullah saw, akan tetapi aku menangis kerana terputusnya wahyu dari langit.” Jawapannya ini menggoncangkan hati Saidina Abu Bakar dan Saidina Umar, dan membuat keduanya menangis bersamanya. Ummu Aiman pun turut serta dalam periwayatan hadits. Dia meriwayatkan 5 buah hadits daripada Rasulullah saw. Di antara sahabat yang meriwayatkan hadits daripadanya adalah Anas bin Malik, Hanasy bin Abdullah Ash-Shan’ani, dan Abu Yazid Al-Madani.

Ummu Aiman wafat tidak lama setelah Rasulullah wafat. Imam Adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan, “Dia meninggal dunia lima bulan setelah Nabi saw wafat.” Semoga Allah redha kepada Ummu Aiman dengan memberikan syurga buatnya.


Golongan Yang Dikasihi Allah SWT


Setiap orang pasti ingin menjadi orang yang dikasihi oleh Allah SWT.
8 golongan dikasihi oleh Allah SWT yang disebut dalam Al-Quran ialah :

Al-Muhsinun - golongan yang melakukan kebaikan
"Kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang suka berbuat kebaikan" (Al-Baqarah: 195)

At-Tawwabun - golongan yang suka bertaubat
"Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertaubat kepada-Nya" (Al-Baqarah:222)

Al-Mutatahhirun - golongan yang suka menyucikan diri kepada Allah
"Dan mengasihi orang-orang yang sentiasa menyucikan diri" (Al-Baqarah: 222)

Al-Muttaqun - golongan orang-orang yang bertaqwa
"Maka sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertaqwa" (Al-Imran: 76)

Al-Sobirun - golongan orang-orang yang sabar
"Dan Allah sentiasa mengasihi orang-orang yang sabar" (Al-Imran: 146)

Al-Mutawakkilun - golongan yang hanya berserah diri kepada Allah
"Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya" (Al-Imran: 159)

Al-Muqsitun - golongan yang berlaku adil
"Kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil" (Al-Maidah: 42)

Al-Muqatilun fi Sabilillah - golongan yang berjihad kepada jalan Allah
"Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela agama-Nya,dalam barisan yang beratur rapi,seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh" (As-Saff: 4)

Bersamalah kita berusaha  menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT dengan melakukan segala suruhan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.


Sunday 19 January 2014

Tangisan Anak-Anak Suriah


Rabbi…
Kami sudah tidak memikirkan lagi
Bagaimana merasakan kasih sayang, belaian Ummi dan Abi
Bagaimana mendapatkan makanan sihat, segar dan bergizi
Bagaimana bermain bersama teman-teman dengan riang, gembira dan berlari-lari
Kami hanya memikirkan menyelamatkan diri bersama family

Rabbi… di pagi hari…
Kami tidak menikmati merdunya kicauan burung dan indahnya mentari pagi
Hanya berlari ke sana dan ke mari melindungi diri
Sambil berharap pertolongan Illahi datang menghampiri
Kami menoleh ke kanan dan ke kiri
Berharap ada secuil keju, setitis madu, setitis susu, sebutir kurma dan sepotong roti
Tapi tidak kami temui lagi
Kami hanya mendapati rumah kami rata seperti bumi

Rabbi… di siang hari…
Kami masih dalam tempat persembunyian bertebar di sana-sini
Terik matahari mulai menyengat seluruh tubuh kami
Rasa haus sangat di tenggorokan mulai menghinggapi
Dalam perut pun mulai berbunyi-bunyi
Tapi kami enggan beranjak pergi mencari sesuap nasi
Kami bukan anak-anak sunni yang di telantarkan oleh Abi dan Ummi
Tapi para Abi dan Ummi kami, diburu dan ditembak oleh tentera Bashar syaithoni
Kami pun menangis di balik tembok persembunyian menyaksikan mereka mati

Rabbi… di malam hari…
Betapa indah bintang di langit setiap malam-malam Mu ini
Tapi tidak bisa mengusir ketakutan dan kegelisahan yang sedang menyelimuti
Betapa ingin memejamkan mata dan merasakan indahnya mimpi
Tapi fikiran berkelebat pada sembelihan dan potongan tubuh teman-teman kami
Sepanjang malam bersiap-siaga pada serangan udara dan kilauan pisau belati
Tidak ada lagi tawa dan canda di antara kami anak-anak sunni

Ya Rabbi… Ya Tuhan kami…
Apakah nasib kami harus sama dengan teman sebaya Nourddeen Al-Qutaibari
Di belah kepalanya dengan kapak lalu meluncurlah darahnya membanjiri bumi…?
Jika benar begitu, kami pasrah kepada Mu Yang Maha Melindungi
Kerna ini adalah bahagian sunnah Nabi
Ingin rasanya, jika harus terjadi kematian di tangan para tentara Bashar syaithoni
Bolehlah tawar-menawar, jangan menyembelih teman-teman di depan mata kami
Kerna kami bukan haiwan qurban seperti sapi..

Malaysia Life Line for Syria : https://www.facebook.com/MLL4S

Friday 17 January 2014

Lamaran Baju Besi


Namanya Atika binti Zaid bin Amar bin Nufail. Merupakan keturunan Quraisy yang baik nasabnya. Perangainya lembut, parasnya cantik, akhlaknya mulia, hatinya bersih. Wajar jika kemudian, dalam perjalanan hidupnya, beliau tercatat sebagai isteri para mujahid. Beliau bernikah dengan empat generasi terbaik umat ini dimana keempatnya adalah para syuhada’ di jalan Allah.

Pertama kali beliau dinikahi oleh Abdullah, putera Abu Bakar As-Siddiq. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Rabbani ini? Saidina Abu Bakar adalah yang paling terkehadapan dalam jihad, dia menginfaqkan semua hartanya di Jalan Allah dan Rasul-Nya.

Sayangnya, lantaran kecantikan dan keindahan Atikah dalam berinteraksi, dia bercerai dengan Abdullah lantaran perintah Saidina Abu Bakar. Mengapa? Kerana asyik bercengkerama dengan Atikah, Abdullah lalai dari solat berjemaah. Dua pasangan ini asyik bercanda dari sebelum azan hingga solat usai didirikan. Maka, si ayah yang soleh itu segera memanggil buah hatinya, “Wahai Abdullah, ceraikanlah isterimu.”

Selepas bercerai dengan Atikah, Abdullah langsung jatuh sakit. Si ayah yang memahami itu mengetahui penyebab sakit anaknya. Maka diperintahkanlah Abdullah rujuk dengan Atikah dengan satu syarat, “Jangan sampai cintamu kepada wanita itu mengalahkan cintamu kepada Allah dan Rasul-Nya.” Kedua pasangan ini pun akhirnya menikah untuk kedua kalinya.

Waktu berjalan, kedua-duanya bertumbuh dalam rangka saling mencintai kerana Allah. Hingga akhirnya, Perang Thaif berkecamuk. Atikah berangkat sebagai penghembus semangat para mujahid dengan syair-syairnya. Sedangkan Abdullah maju dengan gagah perkasa hingga akhirnya menjadi syuhada’. Atikah pun menjanda.

Hari-hari yang di laluinya, Atikah begitu merindukan suaminya Abdullah sehingga bait-bait rangkap syair meniti di bibirnya buat suaminya tercinta.

Demi Allah!!
Siapakah pemuda yang seperti dia?
Yang sanggup maju dan menyerang musuh di medan perang dengan taruhan nyawa, iman dan kesabaran?
Apabila diutus di medan jihad, dia dengan gagah perkasa membunuh musuh-musuh islam..
Aku bersumpah kedua-dua mata ini terlalu panas dan hati ini selalu gelisah..
Kulitku sentiasa berdebu selepas pemergiannya..
Wahai putera yang mulia!
Wahai suamiku tercinta!
Sungguh malamku tidak bersua lagi dengan pagi yang cerah..

Selesai masa iddah, Atikah yang solehah itu disunting oleh Saidina Umar bin Khatab. Cinta keduanya tumbuh subur, menjulang ke langit batangnya, akarnya menancap kuat di bumi-Nya dan buahnya manis bertebaran seantero masyarakat di sekelilingnya. Hingga akhirnya Saidina Umar ditikam oleh seorang bejat. Kembali semula Atikah menjadi janda syuhada’ untuk kedua kalinya. Pemergiaan Saidina Umar dilepaskan dengan kesedihan. Dalam linangan air mata Atikah bersyair.

Fairuz Abu Lu’lu’ mengejutkan aku..
Tindakannya terhadap Umar sungguh terkutuk dan pengecut!
Saat itu Umar sedang membaca ayat Al-Quran dan kembali kepada Allah..
Umar seorang lelaki penyayang kepada orang bawahannya dan amat tegas terhadap kafir..

Sepeninggalan As-Syahid Umar, Atikah dinikahi oleh Zubair bin Awwam. Salah satu daripada 10 sahabat dijamin masuk syurga yang juga merupakan pengawal setia Rasulullah saw. Zubair adalah kesatria penunggang kuda yang sangat pemberani dan tidak takut mati. Atikah sangat bahagia dapat hidup bersamanya, selalu sarat dengan ketaatan kepada Allah. Beliau mengetahui bahawa suami ketiganya pun akan syahid, kerana Nabi saw pernah memberitahu semasa beliau masih hidup. Zubair mendapat syahid di lembah As Siba’ terkena anak panah hingga meninggal dunia. Ya, kembali untuk ketiga kalinya buat Atikah.

Amr bin Jarmuz telah mengkhianati penungggang kuda yang berani!!
Yang berlaku pada hari pertempuran padahal dia tidak melarikan diri..
Sekiranya engkau sedar, mulut dan tangannya pasti gementar..
Zubair..!!
Sungguh dia telah menerima cubaan..
Orangnya pemurah, wafatnya mulia..
Banyak usaha yang dilakukannya..
Dia tidak pernah berkira..

Sebaik sahaja kematian Zubair bin Awwam sampai ke pengetahuan Saidina Ali, Ali langsung berjumpa Atikah. Kedatangan Saidina Ali adalah sama seperti para lelaki yang sebelum ini iaitu ingin meminang Atikah. Namun Atikah berkata,“Aku khuatir, sekiranya engkau mengahwiniku, engkau juga akan mati dibunuh..” Mendengar kata-kata Atikah, Saidina Ali berkata,“Barang siapa yang ingin mati syahid pada masa akan datang, maka hendaklah dia kahwini Atikah.”

Maka akhirnya, Husein bin Ali yang berjaya menyunting Atikah. Ketika itu, usia Atikah sudah mencecah angka 50-an. Namun kasih sayangnya utuh, pasangan ini sentiasa harmonis dalam kerangka saling mencintai kerana Allah.

Takdir pun berlaku. Husein bin Ali syahid dalam medan Karbala. Untuk keempat kalinya, Atikah yang mempesona itu menjadi janda syuhada’. Dalam deraian air mata Atikah bermadah :

Wahai Husein,
Aku tidak akan melupakanmu..
Engkau memang diintai oleh orang-orang yang menjadi musuhmu..
Mereka mengkhianati engkau di Karbala..
Hingga tubuhmu terbanting ke tanah..

Atikah hidup hingga awal kepimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan, khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah, yakni sekitar tahun 41 H. Beliau meninggal di atas tempat tidurnya dengan penuh kedamaian. Semoga Allah meredhainya serta menjadikan Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya dan mengumpulkannya bersama para syuhada’ yang telah awal mendahuluinya.


Sunday 12 January 2014

Dengarlah Teman


Temanku,
Allah menciptakan manusia sama,
Dengan sebaik-baik kejadian,
Cuma amalan manusia itu berbeza-beza,
Ada yang lalai dengan angan-angan,
Ada yang tekun berusaha,
Tentu nasib mereka berlainan,
Kerana Allah Maha Adil sifat-Nya,
Kelalaian dibalas kegagalan,
Kerajinan dibalas kejayaan dan pahala,
Kau diberi peluang membuat pilihan,
Kau jua yang tanggung natijahnya.
'Sesungguhnya Kami menciptakan manusia itu dengan sebaik-baik kejadian.'
(Surah al-Tin:4)

Sedarlah temanku,
Kita musafir di dunia,
Kita akan pulang kepadaNya,
Hidup di dunia akan ditanya,
Adakah diisi dengan sebaiknya,
Atau keseronokan semata-mata?
Mahukah kita hidup terhina?
Tanpa ilmu sebagai bekalnya,
Kelak di sana rendah darjatnya.
'Allah akan mengangkat orang beriman di antaramu dan orang berilmu beberapa darjat.'
(Surah al-Mujadilah:11)

Temanku,
Renungilah sebiji cawan,
Jika tidak dituang air,
Molekul udara memenuhinya,
Begitu juga diri kita,
Jika tidak diisi iman,
Masuklah syaitan bermaharajalela,
Diri kita perlu pengisian,
Dengan ilmu dan agama,
Agar hidup dekat denganNya,
Barulah hatimu tenang bahagia.

Ketahuilah temanku,
Kemuliaan manusia bukan pada luaran,
tapi pada hati yang takutkan Tuhan,
Oleh itu, tekadkan keyakinan,
Kau ummat pilihan,
Jelaskan visi perjalanan,
'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat 
dan peliharalah kami dari azab neraka.'
(Surah al-Baqarah:201)

Lantaran itu, carilah redha Tuhan,
Dengan melakukan sebaik-baik amalan,
Usaha x istiqamah - malas / masa + yakin,
Asas kejayaan,
'Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum 
sehingga dia mengubah nasibnya sendiri.'
(Surah ar-Ra'd:11)

Temanku,
Kau tidak bodoh andai kau gagal selepas berusaha,
Kerana itu satu ujian dan dijanjikan pahala,
Bakal mengangkatmu di sisi-Nya,
Jika kau redha, sabar dan terus berusaha,
Tapi, kau sememangnya bodoh,
Jika kau langsung tidak berusaha,
Kerana pasti kau akan gagal dan menderita,
Tiada nilaian pahala dari-Nya,
Malah kau pula menanggung dosa,
Lantaran kau sia-siakan amanah berharga.

Temanku,
Bangkitlah dari lenamu yang panjang,
dan tidak pernah berkesudahan,
Sekali kau terjatuh,
Jangan biarkan dirimu jatuh selamanya,
Kau punya kekuatan untuk bangkit semula,
dan mara berlari kencang,
mencipta taufan,
Berjuanglah temanku sayang,
Tanpa mengenal penat dan jemu,
Biar hidup kita derita dengan usaha,
Kelak kita akan dimulia,
Jika tidak di dunia,
Nun di syurga…


-Ukhti Fatimah Syarha-


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...