Wednesday 31 August 2011

Siapa Kekasih Allah?



1.       Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah swt.

Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya:
“Ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingati mereka.”
Dari Said ra, ia berkata:
“Ketika Rasulullah saw ditanya: “Siapa wali-wali Allah?” Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”

2.       Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.

Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya:
10 Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).
“Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?” Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para pelita ilmu.”

3.       Mereka bertakwa kepada Allah.

Allah swt berfirman:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat”13
Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: “Tanda-tanda kewalian seseorang adalah redha dengan qadha, sabar dengan cubaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah ketika ditimpa bencana.”

4.       Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.

Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata:
Hadis riwayat Nasa’i, Al Bazzar dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah jilid I hal. 6
Surah Yunus: 62 – 64
Hadisriwayat. Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.” Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.” Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

5.       Mereka selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa”Rasulullah saw bersabda:
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5
“Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.”
Rasulullah saw bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”

6.       Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.

Dari Ibnu Umar ra, katanya:
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”
Rujukan:-
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’
Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6

7.       Hati mereka selalu terkait kepada Allah.

Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. . Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”

8.       Mereka senang bermunajat di akhir malam.

Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham kepada para siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. ” Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?” Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untukKu. Mereka rindu dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan: Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?”
Rujukan:-
Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal.. 80
Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358

9.       Mereka suka menangis dan mengingat Allah.

‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya: “Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.”

10.   Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.

Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”
Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami.” Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.
Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
Rujukan:-
Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16

11.   Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.

Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan:
“Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada telinga seorang yang pengsan. Maka dengan izin Allah, orang itu segera sedar, sehingga Rasuulllah saw bertanya kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?” Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan” sampai akhir surah.” Maka Rasul saw bersabda: “Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”
- Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilya jilid I hal 7

PEMBAHAGIAN WALI-WALI ALLAH

1.       Al-Aqtab

Al Aqtab berasal dari kata tunggal Al Qutub yang mempunyai erti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah darjat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai darjat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap masanya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang mempunyai kedudukan di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai darjat tinggi, seperti para Khulafa’ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.

2.       Al-A immah

Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai erti pemimpin. Setiap masanya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai darjat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertumpu ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat saja.

3.       Al-Autad

Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang mempunyai erti pasak. Yang memperoleh darjat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap masanya. Kami menjumpai seorang di antara mereka dikota Fez di Morocco. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelusuk bumi.

4.       Al-Abdal

Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai erti menggantikan. Yang memperoleh darjat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di
bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan darjat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

5.       An-Nuqaba’

An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai erti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahsia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahsia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahsia seseorang kepada seorang waliNya?

6.       An-Nujaba’

An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai erti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana sahaja mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahawa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi darjatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari lapan orang.

7.       Al-Hawariyun

Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai erti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang sahaja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan di-ganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan darjat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi:
“Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”.

Walaupun pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau saw berkata demikian, kerana beliau tahu hanya Zubair sahaja yang meraih darjat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.

Sunday 28 August 2011

Tak Mengapa Sayang



Sayangku,
Ketika mereka mengatakanmu cemburu,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Itu perasaan yang paling layak,
Daripada isteri yang besar cintanya,
Cemburumu bukan kekurangan,
Ia sifat orang beriman ,
Fitrah yang Allah berikan di dunia,
Dan bakal Allah hilangkan di syurga .

Sayangku,
Ketika mereka mengatakanmu tamak,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Betapa dirimu dambakan kedudukan akhirat,
Menjaga agamamu daripada terfitnah ,
Dirimu sebenarnya sangat pemurah,
Sanggup menggadaikan keseluruhan milikmu,
Demi hidup tenang di samping Tuhanmu.

Sayangku,
Ketika mereka mengatakanmu tidak sanggup berkongsi,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Betapa dirimu terlalu banyak memberi,
Berkongsi suamimu dengan perjuangannya,
Hingga masa untukmu hanyalah bersisa senja,
Meredhai suamimu berkongsi kepakaran,
Kau didik anaknya dalam kepayahan,
Berkongsi suamimu dengan masyarakat,
Hingga tugas-tugas dakwah tidak tergugat, 
Pengorbananmu mulia dan terhormat.

Ketika mereka mengatakanmu sensitif,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Betapa terpujinya sensitivitimu,
Kecaknaan sifat orang beriman,
Itu lambang lembutnya perasaan,
Simbolik jiwamu yang penyayang,
Anugerah kewanitaan,
Yang menjadikanmu istimewa,
Sebagai isteri dan ibu.

Ketika mereka mengatakanmu tidak positif,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Betapa positifnya dirimu,
Ketika memilih MENCEGAH SEBELUM MERAWAT,
Itu tanda akalmu bijak membuat nilaian,
Itu tanda kau rasional membuat pilihan,
Lambang sifatmu yang berhati-hati,
Lahir dari kecelikan mata hati.

Sayangku,
Ketika mereka mengatakanmu menolak hukum Tuhan,
Tak mengapa, Sayang
Kerana Allah tahu,
Kau menjelaskan dan menegakkan hukum Tuhan,
Sebagaimana yang difahami oleh jumhur ulama,
Monogami adalah sunnah dan asal di sisi syarak,
Poligami itu cuma rukhsah,
Untuk merawat masalah-masalah tertentu,
Seperti isteri gila, sakit dan tidak bernafsu,
Rukhsah tidak diambil sewenang-wenangnya,
Apatah lagi sekadar menjamu nafsu,
Jelaskan sudut pandang,
Islam tidak menjadikan poligami pilihan utama,
Agar terbela Islam dari fitnah musuhnya.

Sayangku,
Ketika mereka mengatakanmu menolak sunnah,
Tak mengapa, Sayang,
Kerana Allah tahu,
Kau mencintai dan menegakkan sunnah,
Kau bersama fikrah jumhur ulama’,
Hukum asal poligami cuma harus dan bukannnya sunnah,
Islam mengawalnya dengan ketat dan payah,
Apabila mensyaratkan ‘adil’, syarat yang susah,
Agar keluargamu tenang dalam mawaddah warahmah.

Sayangku,
Biarlah mereka asyik menjelikkan,
Kita balas dengan meraikan,
Biarlah mereka membuat pilihan,
Tenanglah dengan pilihan kita,
Apa yang penting,
Kita tidak menanggung pilihan mereka,
Dan kita bahagia dengan pilihan kita,
Hidup ini sekejap cuma,
Moga kita semua mudah ke syurga,
Bidadari dan pemuda kacak (wildan) menanti di sana,
Dirimu tetap teristimewa,
Teruskan sayangku…
Sebarkanlah bahagia.

FATIMAH SYARHA MOHD NOORDIN

Sunday 14 August 2011

Aku Rindu Pada-Mu


Ada seorang hamba Allah, beliau rajin solat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al-Khaliq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau dikabulkan oleh Allah. Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini, keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha memperoleh rezeki Allah tapi tidak tampaklah dilapangkan rezeki itu untuknya.
Padahal dahulu, ketika dia masih bekerja menjadi petugas bank cukai, kesenangan adalah kawan akrab. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang menjelaskan bahawa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini adalah Haram dan tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum Allah yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat. Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah atasnya.
Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin ia melakukan Qiamulail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar diberikan harta yang halal dan rezeki yang lapang dalam menghidupi hidup ini.
Namun berangsur-angsur meninggalkan perbuatan haram itu PENGHASILANNYA SEMAKIN MENURUN, BELIAU SEKELUARGA SERING SAKIT DAN MENJADIKAN BADANNYA YANG SIHAT MENJADI KURUS, ANAK SATU-SATUNYA MENINGGAL SETELAH MENJALANI PERAWATAN SELAMA BEBERAPA MINGGU DIRUMAH SAKIT.
Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan menjadikannya semakin sering dan khusyuk ia mendekatkan diri kepada Allah. Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya, korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rakannya terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah, semakin berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu kehadapan Rabbnya, menangis dan perih rasa batinnya. Setiap dalam sedihnya ia berdoa, selalu ada bisikan lirih di hatinya, “Apa yang engkau harapkan itu dekat sekali, bila engkau bertaqwa!”. Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia dipecat, ia berniaga. Baginya perniagaannya yang tidak pernah untung, hutang yang semakin bertambah, musibah yang seakan tidak berujung _.. ahhhhh.
Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya,tidak juga merubah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan diatas, tidak juga tampak yang dijanjikanNya. Mulailah timbul pemikiran yang tidak baik dari syaitan. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya Allah tidak Redha terhadap doanya selama ini.Maka pada malam harinya, ia berdoa kepada Allah : “WAHAI ALLAH YANG MENCIPTAKAN MALAM DAN SIANG, YANG DENGAN MUDAH MENCIPTAKAN DIRIMU YANG SEMPURNA INI. KERANA ENGKAU TIDAK MENGABULKAN PERMINTAANKU HINGGA SAAT INI, MULAI BESOK AKU TIDAK AKAN MEMINTA DAN SOLAT LAGI KEPADAMU, AKU AKAN LEBIH RAJIN BERUSAHA AGAR TIDAKLAH HARUS BERALASAN BAHWA SEMUA TERGANTUNG DARIMU. MAAFKAN AKU SELAMA INI,AMPUNI AKU SELAMA INI MENGANGGAP BAHWA DIRIKU SUDAH DEKAT DENGANMU !”
Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu (‘mengkhatamkan’ ibadah solat Qiamulainya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahuibila dia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluk cahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencuba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu… kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.
Beliau hanya dapat melihat para makhluk yang duduk dihadapan Sesuatu Yang Dahsyat. Terdengar olehnya suara pertanyaan, “BAGAIMANA HAMBAKU SI FULAN, HAI MALAIKATKU ?” nama yang tidak dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar kerana takut, dan bersuara dengan lirih, “Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian : “Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan dirimu yang sempurna ini. Kerana Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa semua tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !”
Ampuni dia yaa Al ‘Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!”
Tersentak beliau, itu… kata-kataku semalam_ …celaka, fikirnya. Kemudian terdengar suara lagi : “Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gementar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan pemintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat Kuberi ia cubaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu kepadanya… rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?”
Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya kerananya. “Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !” semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii…
Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu’, kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. “…Allah Allah Allah, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela… Allah allah Allah, aku rindu padaMu…”

Saturday 13 August 2011

Ku Ingin Jadi Bidadari Itu



Kereta MPV Honda Shuttle berwarna biru meluncur laju menyusuri lebuhraya. Cuaca dingin sejak pagi mulai beransur hangat. Matahari bersinar terang memancarkan cahaya. Saya dan keluarga bermusafir ke Lancaster untuk menjayakan ‘Kem Solat’ bersama warga Malaysia di sana.

Sepanjang perjalanan, saya mengambil peluang menikmati keindahan alam. Padang rumput yang menghijau. Juga, bunga-bunga Daffodil kelihatan tumbuh melata dengan kembang kuning yang menambah ceria. Damai. Menghilangkan resah dan risau.

Suami pula tenang memandu di sisi. Sesekali dia tersenyum sendiri. Mungkin tercuit hati dengan isi ceramah yang didengarnya melalui MP3. Ceramah tentang syurga dari Syeikh Anuar Awlaki.

“Hai..apalah yang disenyumkan tu?” usik saya, sengaja mahu mengajak suami bercerita.

Suami menoleh. Senyumnya belum lekang dari bibir. Bahkan makin melebar saat melihat saya menjeling sinis. Belum mahu menjawab, suami kembali memberi tumpuan kepada pemanduan dan isi ceramah.

Anak-anak di bahagian belakang, telah lama lena dibuai mimpi. Jarak perjalanan dari Leicester ke Lancaster, sememangnya agak jauh . Iaitu lebih kurang 2 jam 55 minit, mengikut anggaran navigator berjenama ‘Tomtom’ kami.

NIKMAT SYURGA

“Jangan lupa kongsi dengan As ya..” luah saya bila melihat suami ketawa kecil seakan geli hati. Sambil itu, saya menyua makanan dan minuman yang dibawa kepadanya. Itulah tugas saya setiap kali kami berkelana jauh begini.

Maklum dengan keletihan perjalanan jauh sebegitu, sekurang-kurangnya saya dapat berperanan menghilangkan jemu dan rasa mengantuk suami ketika memandu.

“Ada pendengar wanita menyoal Syeikh Anuar..” suami mula mahu berkongsi. Saya sabar menanti sementara menunggu suami menghabiskan bicara.

“Dia bertanya: mengapa al Quran tidak menerangkan SECARA JELAS kenikmatan yang diperolehi wanita di syurga?” tambah suami.

Saya mengangguk. Kepala ligat mengingati ayat tentang kenikmatan syurga yang disediakan bagi lelaki beriman dan bertaqwa. Bidadari syurga yang digambarkan sebegitu indah menerusi kalam-kalamNya yang mulia.

BIDADARI SYURGA

“Rasanya, kelebihan yang dimaksudkan tu ialah bidadari kan bang?” saya bertanya suami untuk meminta kepastian darinya.

Kerana setakat pengetahuan saya, tiada kelebihan lain yang berbeza antara lelaki dan wanita di dalam syurga melainkan hanya bidadari yang disebut oleh Allah SWT menerusi ayat-ayat-Nya.

Di antaranya, firman Allah SWT yang bermaksud :”Dan ( di dalam syurga itu ) ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan.” ( Surah Al-Waqi’ah ayat 22 – 23 )

“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara khusus, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya” ( Surah Al-Waqi’ah ayat 35 – 37)

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka (bidadari) seumpama yaqut dan marjan.” ( Surah Ar-Rahman ayat 56 – 58 )

“Ya..hanya itu sahaja yang berbeza. Selain itu, baik lelaki mahu pun perempuan, kedua-duanya menerima ganjaran yang sama,” jawab suami bersahaja.

“Orang perempuan ini abang…bila sebut bidadari, pasti ada rasa cemburu terhadap mereka,” balas saya mencebik. Sekadar bergurau untuk bermanja dan bermesra.

“Dalam syurga nanti, tak akan ada rasa cemburu tu. Kalau kerana cantik, mereka akan jadi lebih cantik dari bidadari, malah di syurga tiada semua perasaan negatif seperti sedih, terkilan dan seumpamanya. Semua yang dihajati akan diperolehi,” spontan suami membalas semula sambil ketawa kecil melihat saya.

CEMBURU

Saya merenung kehijauan rumput dan pohon-pohon kayu di tepi jalan. Di dalam hati saya membenarkan kata-kata suami. Walau di akhirat sana tiada lagi cemburu, namun ketika masih di dunia ini, perasaan itu sukar dipinggir dari sanubari.

Cemburu yang terbit dari rasa cinta kepada lelaki bergelar suami.Cemburu yang lahir dari kegelisahan mengenang diri yang banyak dosa dan khilaf ini. Layakkah untuk bersamanya di syurga nanti?

Cemburu yang menghantui kala mengenang sabda junjungan mulia yang bermaksud :“Janganlah seorang perempuan menyakiti suaminya di dunia, jika tidak, maka bidadari-bidadari yang menjadi isterinya di syurga akan berkata kepadanya : Janganlah kamu menyakitinya, sesungguhnya ia adalah tamu bagimu yang sebentar lagi akan meninggalkanmu untuk berkumpul bersama kami.” ( Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Mu’adz bin Jabal ra )

ISTERI PENDAMPING SUAMI

Namun, bila merenung ingatan dari Rasulullah SAW mengenai peranan seorang isteri di sisi suami, hati saya kembali tenang. Yakin dengan janji-Nya bahawa, seorang isteri yang solehah kepada seorang suami, akan kekal menjadi ratunya di syurga di samping bidadari.

Peranan seorang isteri beriman amat penting dalam memantap dan membantu suami untuk taat kepada Allah, sebagaimana motivasi yang terkandung dari sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :“Harta yang utama adalah lisan yang senantiasa berzikir, hati yang senantiasa bersyukur dan isteri beriman yang membantu suami dalam menegakkan bangunan imannya.” ( Riwayat Ibnu Majah )

Seorang isteri yang solehah, di samping bersikap menghargai suami, lemah lembut di hadapan suami, sama ada dari tindakan yang sopan, tutur kata yang manis dan manja, serta menampakkan pandangan yang tenang, bening dan jernih, dia juga akan selalu berusaha membantu suaminya untuk menguatkan keimanan kepada Allah dengan amalan-amalan soleh.

Dia menyedari cabaran besar lelaki dengan dunia luar hari ini, lantas berusaha menjaga daya tarik dirinya bagi suami yang dikasihi.Isyarat dari para bidadari yang menggambarkan keindahan dan keadaan penuh cinta mereka terhadap bakal suami yang ditunggu penuh setia.

Tidakkah keadaan ini sewajarnya menjadi cabaran kepada para isteri untuk memperbaiki layanan, penampilan dan segalanya ?

SUAMI SOLEH, ISTERI SOLEHAH

“Tapi perlu diingat satu fakta yang sering terpinggir dari perhatian ramai bagi seorang isteri untuk jadi solehah,” tiba-tiba suami kembali bersuara.

“Apa dia, bang?”saya menyoal penuh tanda tanya.

“Formula terbaik untuk menjadi isteri solehah adalah mempunyai suami yang soleh, kerana jika seorang isteri ingin menjadi solehah, ia amat sukar tanpa suami yang soleh,” tegas suami.

“Malah segala kebaikan isteri dan ciri-ciri solehahnya boleh sahaja disalah gunakan oleh si suami yang tidak soleh hingga akhirnya dia dizalimi,” tambah suami lagi sambil membetulkan cermin matanya.Saya membenarkan kata-kata suami.

Berapa ramai wanita hari ini yang kelihatan jauh dari ciri wanita solehah, tetapi dengan kehadiran seorang suami yang soleh, wanita itu berjaya dibentuk dan berubah kepada yang lebih baik. Nasihat kepada suri hatinya tentang penampilan seorang wanita Muslimah sentiasa dititikberatkan. Pergaulan isteri bersama lelaki yang bukan mahram, diselia sebaiknya agar tidak timbul fitnah yang merosakkan.

Dan tidak kurang juga, ramai wanita yang sebelum berkahwin merupakan wanita yang baik beragama, tetapi sejurus melangkah ke alam rumahtangga, semakin terhakis nilai keagamaannya kerana sikap suami yang tidak mementingkan penjagaan syari’at. Kecantikan dan aurat isteri dijaja dengan penuh bangga. Pemergian isteri bersama lelaki lain tidak pernah dipandang curiga dan lain-lain lagi.

Kerana itu, untuk melahirkan lebih ramai wanita solehah ialah dengan melahirkan lebih ramai lelaki soleh. Jika tidak, peluang ini akan semakin menipis dan mengecil. Fikirkanlah..

KU INGIN JADI BIDADARIMU…

Akhirnya, tiada wanita beriman yang melupakan cita-cita yang satu ini. Untuk menjadi bidadari bagi seorang suami di dunia dan akhirat adalah kemuncak impian seorang isteri. Mengharapkan destinasi cintanya akan sampai ke pengakhiran di dalam syurga yang abadi di sana. Kembali bersatu atas nama kasih, kekal selamanya dengan rahmat Allah Yang Maha Kaya.

Buat suamiku, terima kasih atas kiriman emel beserta alunan dari Munif yang amat membakar semangat diri ini untuk menjadi ‘bidadari’. Bantu isterimu untuk mencapainya..

Moga cinta kita membawa ke syurga, ameen Ya Rabb

Friday 5 August 2011

Selamatkan Dia Dari Neraka!


“Jika bersedekah, niatkan atas nama dan bagi pihak isterimu. Bantulah mereka dengan pahala sedekah kerana ramai para isteri yang akan menjadi penghuni neraka!”
Masih terngiang-ngiang kata-kata seorang ustaz sewaktu memberi kuliah di sebuah masjid di Putrajaya baru-baru ini. Selepas itu beliau terus membacakan hadis yang menjadi sandaran hujahnya itu dengan begitu lancar dan fasih.
Pada hari esoknya, saya menyemak hadis itu dengan bantuan seseorang yang sangat saya hormati kepakarannya. Beliau dengan segera memberikan nombor rujukan hadis itu dan sumbernya.
Diriwayatkan daripada Abu Sa‘id al-Khudri r.a. katanya: “Suatu ketika Rasulullah s.a.w. keluar pada Hari Raya Aidiladha atau Aidilfitri menuju ke tempat solat dan melalui sekumpulan wanita. Beliau bersabda: ‘Wahai kaum wanita bersedekahlah. Sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahawa kalian adalah majoriti penghuni neraka.’
“Salah seorang wanita yang fasih dan bijak bertanya: ‘Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Kalian banyak melaknat dan durhaka terhadap suami. Dan tidaklah aku menyaksikan orang yang memiliki kekurangan akal dan agama yang dapat menghilangkan akal kaum lelaki yang setia daripada salah seorang antara kalian.’
“Mereka bertanya lagi: ‘Apa yang dimaksudkan dengan kekurangan agama dan akal kami wahai Rasulullah?’
“Baginda menjawab: ‘Bukankah kesaksian seorang wanita sama dengan separuh daripada kesaksian seorang lelaki?’ Mereka menjawab: ‘Benar.’ Baginda berkata lagi: ‘Bukankah apabila wanita mengalami haid maka dia tidak melakukan solat dan puasa?’ Mereka menjawab: ‘Benar.’ Baginda berkata: ‘Itulah (bukti) kekurangan agamanya.’” (Riwayat al-Bukhari no. 298)
Oleh sebab itu, setiap suami yang mencintai isterinya pasti berasa bimbang dengan amaran dan peringatan daripada hadis ini. Betapa tidak, tegakah kita melihat isteri yang tersayang terhumban ke dalam neraka hanya kerana lidahnya yang memaki hamun dan hatinya yang tidak bersyukur? Cakap suami dilawannya, dibentak dengan suara yang tinggi. Mulutnya begitu berbisa, tajam dan menyakitkan.
Isteri yang sedemikian perlukan bantuan. Dia sedang “sakit”. Tetapi bukan mudah membantu orang sakit yang sentiasa berasa dirinya benar dan sihat. Silap pendekatan, dia jadi semakin menyinga. Isteri begini terlupa bahawa selagi suami tidak menyuruh kepada yang haram dia wajib taat. Dia terlupa membesarkan pemberian suami yang kecil. Dia sudah tidak ingatkan lagi bahawa jalannya menuju ke syurga adalah melalui pintu gerbang ketaatannya kepada suami. Malu, taat, setia dan khidmatnya hanya untuk manusia bernama suami.
Kepenatan menguruskan rumah tangga bukan alasan untuk meninggalkan perkara-perkara asas yang menjadi teras kerukunan rumah tangga. Begitu juga jika dilihatnya ada kelemahan dan kekurangan pada diri suami… Itu tidak boleh dijadikan sebab untuk melawan dan memberontak. Selagi tidak menyalahi aqidah dan syariat, maka selagi itulah isteri wajib patuh.
Belajarlah daripada Asiyah isteri kepada Firaun laknatullah. Walaupun suaminya sejahat-jahat manusia tetapi dia masih mampu menjadi isteri yang solehah hasil ketaatan dan kebaikan yang dicurahkan kepada suaminya. Kecuali menyembah tuhan selain Allah, itu sahaja yang tidak dituruti oleh Asiyah. Segala suruhan Firaun yang selain itu dilaksanakannya dengan sepenuh hati. Ertinya, beliau terus melaksanakan perintah yang baik walaupun datangnya daripada seorang yang jahat.
Para isteri harus sedar bahawa mereka tidaklah sebaik Asiyah dan suami mereka tidaklah sejahat Firaun. Hanya kadangkala suami terlupa, sedikit berang kerana keletihan, menjadi penyengap kerana ada sesuatu yang dirisaukan, tidak senyum kerana masalah di luar rumah, maka si isteri jadi pemarah, pendendam dan peleter yang tidak mengenal maaf.
Lunak Berbahasa
Ingatlah bahasa yang baik datang dari orang yang baik. Tetapi jika bahasa kasar, kesat dan kotor itu petanda jiwa yang kotor. Bahasa dan kata sangat besar kesannya dalam hidup berumah tangga. Diceritakan dalam kitab-kitab tradisional bahawa bahasa si isteri apabila berkomunikasi dengan suaminya hendaklah menggunakan bahasa yang baik. Masih ingat apa pesanan Allah kepada Nabi Musa a.s. ketika baginda diperintahkan bertemu dengan firaun?
Firman Allah yang bermaksud: “Dan berkata-katalah kepadanya (firaun) dengan lembut dan baik. Semoga dia mendapat peringatan.” (Surah Taha 20: 44)
Hanya dengan bahasa yang lembut, intonasi yang lunak dan adab yang sopan, hati suami akan “cair” dan kasih. Sebaliknya, kata-kata yang kasar dan intonasi yang tinggi akan ditolak secara terang-terangan atau secara diam-diam walaupun isinya kebenaran dan kebaikan.
Allah mengingatkan kita melalui firman-Nya yang bermaksud: “Jika kamu kasar dan keras nescaya orang akan lari dari kamu.” (Surah Ali ‘Imran 3: 159)
Menurut kajian, sikap cerewet adalah salah satu punca yang menyebabkan rumah tangga tidak bahagia. Isteri yang cerewet hanya nampak yang cacat, busuk, kurang, pahit dan yang hal-hal yang negatif sahaja. Sedikit tersilap, boleh menjadi punca kemarahan yang berjela-jela dan sukar diredakan. Ada sahaja yang tidak kena kerana dia memang mencari yang “tidak kena”. Dia sering berjaya mencari “nila yang setitik” untuk merosakkan susu yang sebelanga.
Tindakan suka melaknat dan tidak membesarkan pemberian suami ialah penyebab utama kebinasaan kaum wanita. Namun itu bukan bererti suami harus berlepas tangan dan berasa selamat dengan autoriti serta haknya sebagai suami. Si suami harus ingat jika isteri berterusan dalam keadaan begitu dia juga tidak selamat. Mengapa? Dia wajib mendidik dan menyelamatkannya. Isteri yang baik akan lebih mudah masuk ke dalam syurga sekalipun suaminya jahat, tetapi suami yang baik sangat sukar masuk ke syurga jika isterinya jahat.
Selamatkan Isterimu

Di bahu para suamilah letaknya tanggungjawab menyelamatkan isteri yang suka melaknat dan tidak bersyukur itu. Selain istiqamah mendidik dan memberi peringatan, si suami harus tidak jemu-jemu mendoakan isteri yang sebegitu. Dan yang paling penting bantulah mereka agar sering bersedekah dan bersedekahlah bagi pihak mereka. Jangan hanya mengeluh dan memendam rasa tetapi berusahalah memperbaiki keadaan dengan tindakan-tindakan yang lebih konstruktif dan produktif.
Bagi suami yang pemberang pula ingat, jangan lawan api dengan api… nanti rumah tangga terbakar dan cinta akan terpadam. Tidak semua leteran kerana kebencian, tetapi kekadang lebih kepada luahan. Justeru bersabarlah pada sesetengah leteran yang hakikatnya hanya satu rintihan dan pengaduan.
Contohi Sayidina Umar al-Khattab yang rela “menelinga” dan berdiam diri dengan leteran isterinya lantaran menghargai kesusahan isterinya yang keletihan menguruskan rumah tangga dan menjaga anak-anak. Padahal Umar di luar rumah bukan sahaja digeruni oleh musuh-musuhnya, bahkan syaitan sekalipun tidak akan lalu di tempat dia lalu! Sebagai suami, Umar sedar bahawa bukan semua leteran itu satu kebejatan tetapi banyak antaranya hanya satu luahan cinta daripada kekasih yang keletihan!
Jadi didiklah para isteri agar selalu dan sering bersedekah. Bersedekah itu bukan sahaja dengan harta tetapi dengan tenaga, meluangkan masa dan tenaga ataupun sekadar memberi senyuman. Itu ialah saranan daripada Rasulullah s.a.w. sendiri untuk tidak tergolong dalam gerombolan majoriti wanita yang akan dihumban ke neraka. Carilah ruang dan peluang untuk memberi sedekah kepada anak-anak, suami, jiran tetangga, kaum kerabat, mentua, saudara dan lain-lain anggota masyarakat.
Dalam sejarah hidup wanita-wanita solehah kita akan lihat bagaimana mereka sangat melazimi cara hidup yang mudah bersedekah ini. Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Zainab dan lain-lain Umahat al-Mukminin ialah wanita yang terkenal banyak bersedekah. Ini adalah satu lagi isyarat untuk wanita-wanita selepas generasi mereka dan khususnya generasi kini agar bersedekah untuk menyelamatkan ketelanjuran lidah yang berbisa dan hati yang tidak membesarkan jasa.
Bersedekahlah kerana cinta. Si isteri bersedekah kerana cintanya kepada diri sendiri yang sentiasa terdedah kepada kejahatan lidah dan hati. Si suami bersedekah kerana cintakan isteri agar terselamat daripada neraka. Insya-Allah, Allah akan “menyedekahkan” mereka berdua dengan cinta-Nya. Dan dengan sedekah cinta itu mereka akan bercinta hingga ke syurga!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...