Saturday 27 December 2014

Muhammad Mencintai Mereka



Saya (Habib Munzir) pernah berkata kepada murid-murid Habib Taufiq Assegaff di Pasuruan:
"Jangan di antara kalian merasa bahawa di dalam maulid itu ruhnya Nabi Muhammad saw tidak hadir. Kalau orang merasa ruh Nabi tidak hadir di dalam maulid, bererti dia tertutup dari cinta kepada Nabi!"

Lalu malamnya, saya berjumpa Rasulullah saw dan berkata seraya menegur :
"Jangan engkau katakan kepada tamu-tamuku itu ucapan-ucapan yang menyakiti perasaan mereka. Katakan ucapan yang lembut. Jangan engkau katakan sambil marah-marah di depan orang-orang yang hadir maulid, kerana itu tamu-tamuku!

Katakanlah pada mereka bahwa MUHAMMAD MENCINTAI MEREKA!
Katakan MUHAMMAD RINDU PADA MEREKA!
Katakan MUHAMMAD MENYAYANGI MEREKA!
Itu ucapan yang patut kau ucapkan di maulid Nabi Muhammad!"

Sejak saat itu saya (Habib Munzir) selalu mengarah kepada jalan kelembutan di dalam menyampaikan tausiyah. Tidak berani lagi untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang tajam kepada hadirin-hadirat, kerana di tegur oleh Rasulullah saw, beliau tidak menyukai itu.

Rasul ingin orang-orang yang hadir di majlis maulid atau selawat atau majelis ta'lim dikabarkan bahawa MUHAMMAD MENCINTAI MEREKA.


Sunday 21 December 2014

Pesan Muallimah



Putriku,

Dalam menjalani hidup,
kita membutuhkan cara pandang
yang mampu menembus batas-batas materi.
Meski mata menatap dunia dengan segala keindahannya,
namun hati kita harus melihat jauh kesana,
pada keaslian kampung akhirat yang akan menjadi tujuan.
Ini bukan soal panjang dan pendeknya umur
atau sedikit banyaknya materi yang kita dapat dari kehidupan,
tapi ini murni soal keberkahan
dan berapa banyak yang telah kita syukuri dari semua karunia itu.
Kerana hidup hanyalah sesaat..


-Muallimah-


Saturday 13 December 2014

Teruntuk Jiwa Yang Resah


Bismillahirrahmannirrahim..

Cinta itu laksana desiran angin, tak perlu tergesa, berlari dan berlari untuk membuktikan keberadaannya. Cukup rasakan desirannya sebagai bukti adanya. Dan tak usah tergesa mendahului rahsia-Nya. Airmata adalah bahasa kejujuran. Cerminan hati yang lembut, yang mencintai keindahan.

Biarkan ia menitis hingga resah itu hilang, jika resah itu masih bersemayam, maka biarkanlah ia mengadu kepada peraduan terindahnya, iaitu Allah Azza wa Jalla, dan Dialah sebaik-baik tempat untuk mengadu.

Kita tidak memiliki tubuh ini. Raga ini milik Allah, jiwa ini kepunyaan Allah, hati ini ciptaan Allah, merekapun milik Allah. Bahkan, cinta itupun milik-Nya. Sepercik cahaya ketenangan yang ditebarkan untuk kebahagiaan hamba-hamba-Nya yang beriman dan memahami. Segera redam gemuruh itu, palingkanlah hatimu dari cemburu yang menipu. Jika cintamu tak bersambut, maka kembalikanlah kepada-Nya. Murnikan kembali agar ia tetap bercahaya, kerana disanalah cintamu tidak akan pernah disia-siakan!

Tidak usah risau jika engkau benar, teguhlah kerana semesta fana ini milik Allah! Ingatlah bahawasanya kesedihanmu dihari ini tidak akan mengurangi kesedihan-kesedihan yang mungkin akan terjadi dihari esokmu. Kebahagiaanmu hari ini tidak akan mengurangi kebahagiaan-kebahagian yang mungkin akan engkau temui besok hari. Jadi berbahagialah, kerana hati manusia itu sejatinya indah dan cenderung terhadap keindahan. Fitrah hati manusia itu indah dan sentiasa ingin menunduk kepada Yang Maha Indah, namun berbagai bisikan telah memalingkannya. Hingga dunia yang begitu luas ini terasa sempit.

Wahai jiwa yang kini gelisah, setiap gesekan yang memilukan itu hanyalah cara Tuhanmu, untuk mempertajam mata hatimu. Agar engkau peka terhadap dunia yang tak terduga ini, agar engkau siap dan sigap dalam menangkap berbagai hikmah dan pembelajaran yang bertebaran di semesta-Nya ini. Jika bukan dengan gesekan itu, lalu dengan apakah lagi sebuah mata pisau akan tajam?

Setiap butiran air mata yang terjatuh tidaklah diam, ia menembus jarak dan waktu untuk mengadu keperaduannya. Maka bersandarlah! Sandarkan jiwa ragamu kepada Nya, Allah Yang Maha Kekal. Merendahlah, kerana air hanya akan mengalir ke lembah-lembah yang rendah. Melembutlah! Kerana air hanya akan meresap kepada tanah yang lembut.

Hatimu laksana radar kendali, disana ada cahaya yang akan menuntunmu kemanapun langkahmu terayun, dengarkanlah fatwanya. Tak ada yang lebih halus dari suara hati di kala ia menegurmu tanpa suara. Tak ada yang lebih jujur dari nurani, ketika ia menyedarkanmu tanpa kata-kata. Tak ada yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari berbagai kesalahan dan kealpaan yang berulang.

Cinta akan mengajarkan dan memberimu sayap untuk terbang, melintasi harapan-harapan. Boleh jadi engkau menyukai banyak hal, tapi pasti, cinta yang haqiqi itu hanya satu. Mungkin cintamu itu terbagi, terjatuh, terbalas dan bersahutan bersama sosok di pelbagai persimpangan dan situasi, tapi pasti semuanya tak abadi. Ada ujung dan kekecewaan, kerana semuanya fana. Cinta itu tak akan lama selama kita mencintai hal-hal yang fana. Tak akan ada yang abadi jika cinta itu bersandar kepada kepada hal yang tak abadi, semuanya akan hilang disebuah ujung yang tidak engkau ketahui. Disana keabadian itu hanyalah sebuah khayalan..

Cinta Sejati adalah cinta yang sentiasa bersahutan, berderu-deru dalam gemuruh ombak, beriak di gelisah lautan, diam dalam ketenangan ikan-ikan, indah dalam kesedihan, nikmat dalam kekecewaan dan tidak mati dengan kematian. Cinta yang terlahir dari kemilau cahaya Mahabbatullah. Cinta yang hanya ada dalam istana hati yang megah dan kokoh bersama pilar-pilar keimanan..



Thursday 4 December 2014

Cahaya Dari Ufuk Timur


Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al 'Awawidah, Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa 'Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?"

Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya Ukhayya", ujarnya lembut. "Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu."

"Pada kurun awal", lanjut beliau, "Allah memilih Bangsa 'Arab. Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah 'Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allah pun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka."

"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah 'Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak 'Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia."

"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya."

"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk."

"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; 'Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih."

"Ketika Daulah 'Aliyah 'Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini."

Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. "Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek", katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."

"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para 'Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah 'Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah 'Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke", ujar beliau terkekeh.

"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam."

"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaAllah."

Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..


-Salim A Fillah-



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...