Thursday 10 September 2015

4 Sisi


Suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat Ali.

Wahai Ali ! Apakah kamu mencintai Allah ? 
tentu saja, Yaa Rasulullah !

Apakah kau mencintai utusannya Allah SWT ? 
tentu saja, Yaa Rasulullah !

Apakah engkau mencintai Fatimah, putri utusan Allah ?
tentu saja, Yaa Rasulullah ! 

Apakah engkau juga mencintai Hasan dan Husein ? 
tentu saja , Yaa Rasulullah ! 

kalau begitu wahai Ali, bagaimana mungkin dalam satu hati ada empat cinta ? Bagaimana mungkin hati muat menampungnya ?

Mendapati pertanyaan ini, Ali yg merupakan pintunya ilmu tidak tau harus menjawab apa. Ia pun kemudian meminta waktu memikirkannya. Begitu sampai di rumah, Fatimah menebar senyum dengan bertanya apa yg sedang dipikirkannya. Ali pun menceritakan apa yg telah terjadi. Ia juga mengatakan pikirannya masih buntu untuk menjawab itu.

Fatimah pun kembali menebar senyum seraya berkata mengungkapkan kalau pertanyaan tersebut bukan tidak mungkin dijawab. Sebagaimana setiap manusia memiliki sisi kanan, kiri, depan, belakang. Hati juga memiliki sisi, martabat yg berbeda-beda. Untuk itu, ' aku mencintai Allah dengan akal dan imanku, mencintai Rasulullah dengan ruhku, mencintai Fatimah dengan nafsuku sebagai manusia, dan mencintai Hasan dan Husein dengan fitrahku sebagai seorang Ayah ' sehingga terjawab semua pertanyaan itu.

Ali menyampaikan jawaban tersebut kepada Rasulullah. Beliau pun merasa senang dengan jawaban tersebut. Beliaupun bersabda, " Yaa Ali, dari jawaban ini tercium nubuwwah. Sepertinya, jawaban ini muncul sebagai bunga dari pohon kenabian. "

Demikianlah baginda Fatimah az-Zahra telah memberi penerangan kepada kita bahwa hati tidak akan menyempit dengan semakin mencintai.



Monday 31 August 2015

Suatu Penantian


Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik. Kemudian kesibukan kerja dan karier memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun. Ketika itulah aku baru menyedari bagaimana susahnya terlambat menikah.

Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya. Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.

Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin. Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.

Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya. Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah. Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka'bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.

Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur'an dengan suara yang sangat merdu.
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله عليك عظيما)
"Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar".
(An Nisa': 113)

Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya.
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas".
(Adh Dhuha: 5)

Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang. Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda. Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun.

Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku. Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara? Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi. Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi. Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku....

Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.

Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini. Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.

Akhirnya... aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi. Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan. Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.

Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun. Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil. Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah. Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan "Selamat, anda hamil!"

Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur. Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya. Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.

Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.

Aku dikagetkan dengan pernyataannya: "Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?” Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan? Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.

Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami..." (Ath Thur: 48)

Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu.


:')



Thursday 20 August 2015

Jodoh, Selalu Ada Cara Bertemu


Bukankah telah engkau sadari
bahwa jodoh rahsia Illahi
Tak seorang pun bisa mengganti
Ia sudah tertulis disisi ilahi

Jangan sampai engkau banyak menunggu
hingga habiskan semua waktu
Terlupakan mencari ilmu
terlewat sudah semua berlalu

Berharap memang boleh saja
tapi jangan abaikan semuanya
Saking sibuk minta jodoh
lupa perbaiki diri di depan Allah

Yang penting sekarang perbaiki diri
tambah baik dalam menata hati
Yang penting sekarang mencari ilmu
buat bekal rumah tangga kecilmu

Jangan sampai engkau sibuk menanti
hingga hal-hal baik terlewati
Jangan sampai engkau fokus menunggu
kewajiban diri menjadi terganggu

Serahkan semua urusan padaNya
hingga jika sudah tiba waktunya
Engkau akan menemukannya
Atau dia yang menemukanmu…


Sunday 14 June 2015

Ayah Inspirasi Terindahku



Ketahuilah, wahai menantuku..

Telah terlahir perempuan yang baru sahaja engkau nikahi itu, adalah daripada benih-benih kehidupan aku dan isteriku..

Telah aku besarkan perempuan itu sehabis mampuku. Aku menafkahi dia dan ibunya dengan membelakangi segala keinginanku, berkorban waktu walau lelahku tiada siapa yang tahu, asalkan aku mampu membahagiakan mereka sekuat daya kudrat tuaku.

Telah aku bentuk acuan agama baginya, dengan mempertahankan setiap cebis-cebis aurat dan kehormatannya sebelum ia halal untukmu. Aku mengajar ia supaya kenal Tuhan dan Rasulnya, kerana itulah perempuan itu taat kepadaku dan juga bakal taat kamu.

Telah melengkapi dia separuh agama bagimu, dan aku sebagai Walinya turut merestui kebersamaan kamu. Namun sebelum usiaku habis ditakdir Tuhanmu, satu pesanku untukmu..

" Bahagiakanlah dia selalu..
Dengan agama yg ada padamu ..
Supaya nanti dia aman bertemu dgn Tuhannya
Lalu kembali bertemu aku dan ibunya di Syurga "

- Ayah -


Tuesday 2 June 2015

Muslimah Dan Madrasah



Madrasah adalah tempat belajar..
Muslimah harus menjadi madrasah..
Bagi anak-anaknya, bagi murid-muridnya juga bagi saudara dan sahabatnya ..
Sejak kapan ia harus mempersiapkannya ?
Sekarang, saat ini juga ..

Ia harus menjadi muslimah pembelajar, yang siap mengajar ..
Ia harus menjadi muslimah pembelajar, agar ada ilmu yang bisa tersampaikan ..
Ia harus menjadi muslimah yang sabar, agar ia dapat melahirkan generasi yang berjiwa besar ..
Ia harus menjadi muslimah yang taat, agar ia dapat mencetak generasi yang gemar tebar manfaat ..
Ia harus menjadi muslimah yang lembut tutur katanya, agar ia bisa menjadi teman bicara bagi anaknya ..

Ia harus menjadi muslimah yang juga mukminah, agar ia mampu mendidik anaknya atas dasar iman kepada Rabb-Nya ..
Ia harus menjadi muslimah yang rajin tilawah, agar anak-anaknya juga mencintai berlama-lama dengan kitab sucinya ..
Ia harus menjadi muslimah pengamal, agar anaknya pun gemar beramal ..
Ia harus menjadi muslimah yang bijaksana, agar tercipta generasi yang memiliki jiwa pemimpin yang luar biasa ..

Ia harus menjadi muslimah yang mengidolakan dan meneladani Rasul dan Ummul Mukmininin, agar anak-anaknya mengidolakan idola yang sama dengannya..
Ialah muslimah, sebagai madrasah bagi lingkungannya ..
Ialah ibu, madrasah bagi anak-anaknya ..
Ialah istri, penyejuk hati pelipur lara dan penyemangat bagi suaminya ..

Itulah kita, dengan segala amanah dipundak..
Dengan segala aturan Allah muliakan..
Dengan begitu banyak pahala Allah berikan ..
Dan surga yang Allah siapkan ..

Semoga kitalah muslimah, kitalah mukminah, bidadari-bidadari dunia akhirat..
Wanita akhir zaman yang ingin sholehah dan Allah hadiahkan Jannah..

Amin ..


Saturday 23 May 2015

Guruku Tersayang



Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Ku gendong tas merahku
di pundak

Selamat pagi semua
Ku nantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku

Nyata nya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan

*****

Terima kasih Allah untuk hari-hari yang indah bersama anak-anak syurga. :’)


Friday 17 April 2015

Wanita Dan Pengaruhnya Terhadap Lelaki


Umat Islam atau lelaki muslim tidak akan menganggap bahawa punca kejatuhan lelaki kesemuanya bermula dari wanita. Walaupun wanita itu memang mempunyai pengaruhi yang kuat ke atas lelaki, seperti mana pengaruh lelaki terhadap wanita, namun kejatuhan lelaki atau wanita dari kelemahan diri sendiri yang kadang-kala dieksploitasi oleh pasangannya.

Muslihat Wanita

Namun masa yang sama, al-Quran juga menyatakan kehebatan ‘usikan’ wanita atau lebih jelas ‘muslihat’ mereka jika mereka bermaksud ingin melakukan ‘perancangan halus’. Wanita jika kena gaya memang boleh menjadikan lelaki ‘mengidaminya’ angau dan terpengaruh atas segala kehendaknya.

Perancangan atau ‘plot’ wanita begitu hebat sehingga al-Quran merakamkan ungkapan yang ditujukan kepada isteri Menteri Mesir (riwayat Israiliyyat konon menamakannya Zulaikha) dalam kisah Yusuf: “Ini adalah perancangan kamu (kaum wanita), dan sesungguhnya perancangan kamu (kaum wanita) itu hebat”. (Surah Yusuf: 28).

Perkataan Arab yang al-Quran gunakan dalam dalam ayat berkenaan ialah Kaid yang bermaksud perancangan yang mempunyai unsur licik dan muslihat. Sebab itu Louay Fatoohi dalam bukunya The Prophet Joseph menterjemahkan perkataan Kaid sebagai scheme yang bermaksud tindakan yang licik dan perancangan sulit yang kadang-kala membabitkan tipu daya. Kata beliau: “..this word, which I have translated as scheme means guile and plotting that could involve lies, as in this case”. (ms 86. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust).

Maka, atas kelicikan itu, ramai lelaki yang tewas. Wanita ada kuasa ‘licin’ dan licik. Walaupun Nabi Yusuf tidak tewas, tetapi ramai lelaki selain nabi yang tewas dengan ‘kaid’ atau perancangan halus dan ‘sulit’ wanita. Senjata rahsia wanita pada tubuh, bahasanya dan jelingannya. Walaupun bukan semua mereka ada kelebihan itu, namun bagi yang berkelebihan jika perangkapnya mengena, sukar untuk lelaki terlepas daripadanya, kecuali mereka yang memenangkan takwanya atau godaan atau kaid tersebut.

Nabi s.a.w pernah bersabda: “Aku tidak tinggal cubaan yang lebih hebat ke atas lelaki lebih dari wanita” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sabda baginda juga: “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan Allah menjadikan kalian berketurunan di atasnya. Allah melihat apa yang kalian perbuat. Takutlah kamu kepada (fitnah) dunia dan takutlah kamu kepada (fitnah) wanita, karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya” (Riwayat Muslim).

Maka, tidak hairan berapa ramai pemimpin yang gagah, tetapi ditewaskan oleh wanita idamannya, atau isteri kesayangannya. Betapa banyak reputasi pemimpin dirosakkan disebabkan isteri mereka, sehingga rakyat membenci seseorang pemimpin kerana gelagat isterinya.

Dalam negara tertentu, kerenah wanita yang memakai gelaran ‘first lady’ boleh menghancurkan kerjaya dan masa depan politik seorang pemimpin negara. Demikian kerenah isteri pemimpin di pelbagai peringkat. Maka, tidak hairanlah jika Elena Ceausescu, isteri bekas diktator Romania Nocolae Ceausescu dihukum mati mati bersama suaminya oleh rakyat Romania disebabkan peranannya dalam pemborosan harta negara dan kezaliman kuasa. Maka, jika suami tidak berperanan sebagai pembimbing dan pengawal yang soleh terhadap isteri mereka maka pelbagai kemungkinan boleh berlaku atas kemahiran wanita dalam perancangan atau kaid mereka.

Perhiasan Terindah

Namun wanita itu apabila solehah, mereka kadang-kala lebih baik daripada lelaki. Kehidupan yang buruk seseorang lelaki boleh diubah dengan kehalusan budi dan nilai yang ada pada seorang wanita. Nama baik seorang lelaki bertambah indah dengan kebaikan isterinya. Wanita benar-benar hiasan kehidupan lelaki.

Lelaki tanpa wanita adalah lelaki yang cacat tabiatnya. Allah menjadikan wanita pasangan lelaki. Mereka tempat lelaki bermanja dan mendambakan perasaan kelakian. Nabi s.a.w bersabda: “Dunia perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia ialah wanita yang solehah” (Riwayat Muslim).

Ada harta tiada wanita dalam kehidupan tiada ertinya. Ada rupa, tiada wanita tiada maknanya. Namun, wanita bagaimana yang lelaki perlukan dalam hidupnya dalam mengharungi bahtera kehidupan? Ya, wanita solehah yang membahagiakan suami, menjaga nama baik dirinya dan suaminya.

Sabda Nabi s.a.w: “Sebaik-baik wanita dia mengembirakan suami apabila engkau melihat kepadanya, mentaatinya apabila menyuruhnya, tidak menyanggahi suami dalam diri dan hartanya” (Riwayat al-Nasai, Ahmad dan al-Hakim, dinilai hasan).

Sabda Nabi s.a.w juga: “Tiga dari kebahagiaan: “Wanita yang apabila engkau melihatnya, ia mengkagumkan engkau, apabila engkau tiada bersamanya dia menjaga dirinya dan harta engkau” (Riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak, dinilai hasan).

Untuk menjadikan wanita itu berfungsi dengan baik, suaminya juga hendaklah baik. Jika tidak, kebaikan wanita akan hilang pada padangan suami yang songsang, seperti mana hilangnya kebaikan Asiah di mata firaun yang zalim. Suami yang baik juga, tidak akan dapat dilihat kemuliaannya di mata isteri yang jahat seperti isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Lut a.s.



Sunday 29 March 2015

Cara Berinteraksi Dengan Anak-Anak Syurga


Mahu belajar bagaimana berinteraksi dengan kanak-kanak? Mari kita belajar dari hadith-hadith bagaimana Rasulullah s.a.w berinteraksi dengan kanak-kanak.

1) Rasulullah s.a.w menangis apabila Ibrahim meninggal dunia

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ , قَال : ” دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ ، وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام
Anas bin Malik r.a berkata:
“Kami bersama Rasulullah s.a.w pergi menemui Abu Saif Al Qayyinn yang (isterinya) telah mengasuh Ibrahim r.a (anak lelaki Rasulullah s.a.w)

فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ،
Lalu Rasulullah s.a.w mengambil Ibrahim r.a dan menciumnya.

ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ ، فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ ,
Kemudian setelah itu pada waktu yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah s.a.w berlinangan air mata.

فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ,
Lalu berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf r.a kepada baginda s.a.w : “Engkau menangis wahai Rasulullah?”

فَقَالَ : يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى ،
Baginda s.a.w menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (lambang kasih sayang),” lalu diikuti dengan tangisan.

فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا
Kemudian baginda s.a.w bersabda, “Sesungguhnya kedua mata telah mencucurkan air mata, hati telah bersedih, tetapi kami tidak akan menyebut apa-apa kecuali apa yang diredhai oleh Tuhan kami.

وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
Kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim sangatlah bersedih”. [Sahih al-Bukhari : 1227]

2) Rasulullah s.a.w dikudai cucunya ketika solat ;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ : الظُّهْرِ أَوْ الْعَصْرِ ،
Syaddad r.a berkata : Rasulullah s.a.w keluar untuk (solat jemaah) bersama kami pada salah satu solat di waktu petang, (tidak pasti) Zuhur atau Asar.

وَهُوَ حَامِلٌ الْحَسَنَ أَوْ الْحُسَيْنَ ، ،
Baginda s.a.w sedang mendukung (cucunya) iaitu Hasan atau Hussain r.a.

فَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ
Baginda s.a.w bergerak ke hadapan (untuk menjadi imam) dan meletakkan cucunya.

ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ ، فَصَلَّى ،
Kemudian baginda s.a.w mengangkat takbir untuk solat, lalu mendirikan solat.

فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا
Baginda s.a.w sujud di tengah-tengah solatnya dengan sujud yang sangat panjang.

فَقَالَ : إِنِّي رَفَعْتُ رَأْسِي ، فَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ سَاجِدٌ ،
Syaddad r.a berkata : Aku pun mengangkat kepala aku, dan aku melihat kanak-kanak tadi berada di atas belakang Rasulullah s.a.w ketika baginda s.a.w sedang sujud.

فَرَجَعْتُ فِي سُجُودِي ، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ ،
Aku pun kembali sujud. Apabila Rasulullah s.a.w selesai mendirikan solat,

قَالَ النَّاسُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِكَ هَذِهِ سَجْدَةً قَدْ أَطَلْتَهَا
para jemaah bertanya : Ya Rasulullah! Sesungguhnya engkau telah sujud di tengah-tengah solat mu dengan sujud yang panjang.

فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ ، أَوْ أَنَّهُ قَدْ يُوحَى إِلَيْكَ
Kami menyangka sesuatu telah berlaku, atau wahyu telah dihantar kepada engkau.

قَالَ : ” فَكُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ “.
Rasulullah s.a.w menjawab : Semua itu tidak berlaku. Sebaliknya cucu aku ini sedang menunggang ku. Aku tidak suka untuk segera (bangkit) sehingga dia telah selesai menunaikan hajatnya. [Musnad Ahmad : 15704]

عَنِ الْحَسَنِ ، أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي ، فَإِذَا سَجَدَ وَثَبَ الْحَسَنُ عَلَى ظَهْرِهِ وَعَلَى عُنُقِهِ ،
Abu Bakrah r.a menceritakan: Rasulullah s.a.w mendirikan solat, apabila baginda s.a.w sujud, Al-Hasan melompat ke atas belakang dan tengkuknya.

فَيَرْفَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفْعًا رَفِيقًا لِئَلَّا يُصْرَعَ ،
Rasulullah s.a.w pun bangkit (daripada sujud) dengan lembut supaya Al-Hasan tidak jatuh,

قَالَ : فَعَلَ ذَلِكَ غَيْرَ مَرَّةٍ ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، رَأَيْنَاكَ صَنَعْتَ بالْحَسَنِ شَيْئًا مَا رَأَيْنَاكَ صَنَعْتَهُ !
Baginda s.a.w melakukan hal itu bukan hanya sekali. Apabila selesai solatnya, para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, kami melihat engkau memperlakukan Al-Hasan dengan cara yang tidak pernah kami lihat engkau melakukannya.

قَالَ : ” إِنَّهُ رَيْحَانَتِي مِنَ الدُّنْيَا ، وَإِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ ، وَعَسَى اللَّهُ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِين
Rasulullah s.a.w menjawab : Dia adalah permata hati ku di dunia ini. Sesungguhnya cucuku ini seorang sayyid (pemimpian), boleh jadi Allah akan mendamaikan dua kaum Muslimin dengan cucuku ini. [Musnad Ahmad : 20027]

3) Rasulullah s.a.w suka mencium cucunya;

: ” قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا ،
Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w mencium Al-Husain bin ‘Ali r.a, dan sedang duduk berhampiran baginda s.a.w adalah Al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi r.a.

فَقَالَ الْأَقْرَعُ : إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ،
Al-Aqra’ r.a berkata : Aku mempunyai sepuluh orang anak, aku tidak pernah cium walaupun seorang daripada mereka.

فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ :
Rasulullah s.a.w melihat kepadanya kemudian bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
Sesiapa yang tidak mengasihi, tidak akan dikasihi [Sahih al-Bukhari : 5567]

4) Kemesraan Rasulullah s.a.w dengan cucunya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سُوقٍ مِنْ أَسْوَاقِ الْمَدِينَةِ فَانْصَرَفَ فَانْصَرَفْتُ ،
Abu Hurairah berkata : Aku bersama-sama Rasulullah s.a.w berada di pasar Madinah. Apabila Rasulullah s.a.w beredar, aku pun beredar.

فَقَالَ : ” أَيْنَ لُكَعُ ثَلَاثًا ، ادْعُ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ ” ، فَقَامَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ يَمْشِي وَفِي عُنُقِهِ السِّخَابُ ،
Nabi s.a.w bersabda : Di manakah si kecil (iaitu Hasan r.a) ? Sebanyak tiga kali. Al-Hasan r.a pun bangun dan berjalan, di lehernya terdapat kalung,

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بِيَدِهِ هَكَذَا ، فَقَالَ الْحَسَنُ : بِيَدِهِ هَكَذَا فَالْتَزَمَهُ ،
Nabi s.a.w pun membuka tangannya, dan Al-Hasan pun melakukan hal yang sama, Rasulullah s.a.w mendekati Al-Hasan

فَقَالَ : ” اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ
Baginda s.a.w bersabda : Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, cintailah dia, dan cintailah orang yang mencintainya.

وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ ، فَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنَ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ ، بَعْدَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ .
Abu Hurairah r.a berkata : Tiada siapa yang lebih dicintai ku daripada Al-Hasan bin ‘Ali r.a selepas apa yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w tersebut. [Sahih al-Bukhari : 5463]

5) Rasulullah s.a.w dan anak sulung Abu Musa r.a ;

عَنْ أَبِي مُوسَى ، قَالَ : ” وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
Abu Musa al-Asyaari r.a berkata : Aku memperolehi seorang anak lelaki, lalu aku terus pergi menemui Rasulullah s.a.w

فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ ،
Rasulullah s.a.w menamakannya Ibrahim, mentahnikkannya dengan kurma dan mendoakan keberkatan untuknya.

وَدَفَعَهُ إِلَيَّ وَكَانَ أَكْبَرَ وَلَدِ أَبِي مُوسَى
Kemudian baginda s.a.w menyerahkannya kepada aku. Anak itu merupakan anak sulung Abu Musa [Sahih al-Bukhari : 5759]

6) Rasulullah s.a.w bergurau dengan Abu Umair;

عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : ” كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا،
Anas bin Malik r.a berkata : Nabi s.a.w merupakan manusia yang paling bagus akhlaknya.

وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ : أَبُو عُمَيْرٍ قَالَ : أَحْسِبُهُ فَطِيمًا ،
Aku mempunyai seorang adik yang dipanggil Abu ‘Umair yang baru sahaja tamat tempoh menyusu.

وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ : يَا أَبَا عُمَيْرٍ ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ ؟ نُغَرٌ كَانَ يَلْعَبُ بِهِ ،
Apabila baginda s.a.w datang, baginda s.a.w akan bertanya : Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh An-Nughair (seekor burung kecil) iaitu burung kecil yang sering dia main dengannya.

فَرُبَّمَا حَضَرَ الصَّلَاةَ وَهُوَ فِي بَيْتِنَا
Apabila masuknya waktu solat dan ketika itu baginda s.a.w berada di rumah kami,

، فَيَأْمُرُ بِالْبِسَاطِ الَّذِي تَحْتَهُ فَيُكْنَسُ وَيُنْضَحُ ،
Baginda s.a.w akan menyuruh agar tikar yang ada dibawahnya di sapu dan dipercikkan air,

ثُمَّ يَقُومُ وَنَقُومُ خَلْفَهُ ، فَيُصَلِّي بِنَا
Kemudian baginda s.a.w akan berdiri, dan kami akan berdiri di belakangnya. Kemudian baginda s.a.w akan mendirikan solat bersama kami. [Sahih al-Bukhari : 5764]

7) Rasulullah s.a.w mendukung Umamah r.a ketika solat;

عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا قَتَادَةَ ، يَقُولُ :
‘Amru bin Sulaim ar-Ruzaqi mendengar Abu Qatadah r.a berkata:

بَيْنَا نَحْنُ فِي الْمَسْجِدِ جُلُوسٌ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَحْمِلُ أُمَامَةَ بِنْتَ أَبِي الْعَاصِ بْنِ الرَّبِيعِ ، وَأُمُّهَا زَيْنَبُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
Ketika kami sedang duduk-duduk di masjid, Rasulullah s.a.w keluar menemui kami sambil mendukung Umamah binti Abi Al-As bin Ar-Rabi’, ibunya ialah Zainab binti Rasulullah s.a.w.

وَهِيَ صَبِيَّةٌ ،
Ketika itu Umamah masih bayi.

يَحْمِلُهَا عَلَى عَاتِقِهِ ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ عَلَى عَاتِقِهِ
Baginda s.a.w mendukungnya di atas bahu baginda s.a.w, Rasulullah s.a.w pun solat dalam keadaan Umamah r.a berada di atas bahunya.

يَضَعُهَا إِذَا رَكَعَ وَيُعِيدُهَا إِذَا قَامَ ،
Baginda s.a.w akan meletakkannya (di bawah) apabila baginda s.a.w ruku’, dan mengembalikan dia (di atas bahu baginda s.a.w) apabila baginda s.a.w berdiri

حَتَّى قَضَى صَلاتَهُ ، يَفْعَلُ ذَلِكَ بِهَا
Rasulullah s.a.w melakukan sedemikian rupa sehinggalah baginda s.a.w menyelesaikan solatnya.
[As-Sunan Al-Kubra Lil Baihaqi : 558]

8) Rasulullah s.a.w mendahulukan kanak-kanak daripada orang dewasa;

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، ” أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ ، وَعَنْ يَمِينِهِ غُلَامٌ ، وَعَنْ يَسَارِهِ أَشْيَاخٌ ،
Sahl bin Sa’ad r.a meriwayatkan Rasulullah s.aw diberikan minuman. Di kanannya ada seorang budak lelaki, manakala di kirinya beberapa orang tua.

فَقَالَ لِلْغُلَامِ : أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلَاءِ ،
Rasulullah s.a.w bertanya kepada budak lelaki itu : Adakah engkau mengizinkan aku untuk memberikan minuman ini kepada mereka?

فَقَالَ الْغُلَامُ : لَا ، وَاللَّهِ لَا أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا
Budak lelaki itu pun menjawab : Tidak. Demi Allah aku tidak akan mendahulukan orang lain ke atas diri ku untuk apa-apa yang datang daripada mu.

فَتَلَّهُ فِي يَدِهِ
Maka Rasulullah s.a.w pun meletakkan minuman itu di tangan budak lelaki tersebut. [Sahih al-Bukhari : 2428]

7) Rasulullah s.a.w meringkaskan solat kerana tangisan kanak-kanak

عَنْ أَبِيهِ أَبِي قَتَادَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِنِّي لَأَقُومُ فِي الصَّلَاةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا ،
Abu Qatadah meriwayatkan Nabi s.a.w bersabda: Sesungguhnya aku mengimami sekumpulan manusia dalam solat, dan aku mahu memanjangkan solat itu,

فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ
Lalu aku terdengar tangisan seorang bayi, aku pun meringkaskan solat aku kerana aku takut ia akan merisaukan ibu bayi tersebut. [Sahih al-Bukhari : 670]

8) Rasulullah s.a.w menghentikan khutbah kerana melihat cucunya;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : ” كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ ، فَجَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَعْثُرَانِ فِيهِمَا ،
Buraidah r.a berkata: Nabi s.a.w sedang berkhutbah. Tiba-tiba datang al-Hasan dan al-Husain r.a yang sedang memakai baju berwarna merah dan mereka bertatih berjalan,

فَنَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَطَعَ كَلامَهُ ، فَحَمَلَهُمَا ، ثُمَّ عَادَ إِلَى الْمِنْبَرِ ،
Rasulullah s.a.w pun turun (dari mimbar) dan menghentikan khutbahnya. Rasulullah s.a.w mengangkat kedua-duanya, kemudian kembali ke mimbar.

ثُمَّ قَالَ : ” صَدَقَ اللَّهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ سورة التغابن آية 15 ، ” .
Kemudian baginda s.a.w menyebut : Sungguh benar perkataan Allah. Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian [at-Taghabun : 15].

رَأَيْتُ هَذَيْنِ يَعْثُرَانِ فِي قَمِيصَيْهِمَا فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ كَلامِي فَحَمَلْتُهُمَا
Aku melihat kedua cucuku ini bertatih berjalan dalam pakaian mereka, aku tidak sabar, lalu kerana itu aku menghentikan khutbahku dan mengangkat mereka berdua. [Imam an-Nasaie dalam as-Sunan al-Kubra : 1721]

9) Rasulullah s.a.w mengajar adab makan kepada kanak-kanak

عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ ، يَقُولُ : كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا غُلَامُ ، سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ” .
‘Umar bin Abi Salamah r.a berkata: Aku pernah menjadi hamba di rumah Rasulullah s.a.w, satu ketika tangan ku pernah merayap-rayap di sekitar hidangan. Rasulullah s.a.w bersabda kepada ku: Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan mu, dan makanlah apa yang hampir pada mu.
[Sahih al-Bukhari : 4984]


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...