“Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya, Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak ia menjadi bidadari syurga, Terindah dari yang ada..”
“Makan malamlah bersama Ibumu hingga ia senang.
Hal itu lebih aku senangi
daripada haji sunnah yang kamu kerjakan.”
(Al-Hasan bin Amr Rahimahullahu)
Seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW, “Aku berjanji setia kepadamu
wahai Rasulullah untuk berhijrah. Tetapi aku meninggalkan orang tuaku dalam
keadaan terus menangis.” Ucap lelaki itu. Maka Rasulullah SAW berkata, “Pulanglah kepada keduanya. Buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kau telah membuatnya
menangis.” (HR. Muslim)
Suatu hari Abdullah bin Umar RA melihat seorang pemuda menggendong Ibunya
untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja si Ibu menginginkan. Kemudian pemuda
tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku
sudah membalas jasa ibuku?” “Belum, setitis pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang
tuamu.” Jawab Abdullah bin Umar RA. (Imam Bukhari)
Di dunia ini, tidak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta
kasih seorang Ibu. Imam Adz-Dzahabi RA menghuraikan, “Ibumu telah mengandungmu
di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa seperti sembilan tahun. Dia
bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia
telah menyusuimu dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya kerana
menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu
atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan
bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau
mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan kesedihan yang panjang.
Dia keluarkan harta untuk membayar doktor yang mengubatimu, dan seandainya
dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka ia akan meminta supaya kamu hidup
dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau
balas dengan akhlaq yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat
petunjuk, baik di dalam sunyi maupun ditempat terbuka. Tatkala ibumu
membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang
yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau
puas dalam keadaan dia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada isteri dan
anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu urusan yang mudah…”
Ibu, benar-benar bidadari Syurga yang Allah turunkan dengan segera.
Maka, sampaikanlah kepadanya betapa kita mencintainya, dan berterima kasihlah
atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya kepada kita. Semoga Allah
mengampuni dosanya, memberkahi usianya, dan mengumpulkan kita kembali dalam syurga-Nya.
Ibu adalah sosok terpenting dalam konteks pembentukan sebuah generasi.
Tanpa seorang ibu yang hebat takkan lahir para manusia yang hebat. Ibulah, madrasah
peradaban yang paling awal. Daripada para ibu sebuah peradaban ditentukan.
Kesungguhan para ibu mentarbiyah keturunannya mengembalikan sebuah kegemilangan. Dan kerja-kerja seperti ini,
bahkan para bidadari syurga pun belum tentu mampu melakukannya. Dengan
kesungguhan inilah, bahkan para bidadari pun akan mencemburuinya.
“Kelak ia menjadi bidadari syurga, Terindah dari yang ada.”
Terima Kasih Ibu…
0 comments:
Post a Comment