Saturday 8 February 2014

Bidadari Syurga Yang Disegerakan


“Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya, Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak ia menjadi bidadari syurga, Terindah dari yang ada..”

“Makan malamlah bersama Ibumu hingga ia senang.
 Hal itu lebih aku senangi daripada haji sunnah yang kamu kerjakan.”
(Al-Hasan bin Amr Rahimahullahu)

Seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW, “Aku berjanji setia kepadamu wahai Rasulullah untuk berhijrah. Tetapi aku meninggalkan orang tuaku dalam keadaan terus menangis.” Ucap lelaki itu. Maka Rasulullah SAW berkata, “Pulanglah kepada keduanya. Buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kau telah membuatnya menangis.”  (HR. Muslim)

Suatu hari Abdullah bin Umar RA  melihat seorang pemuda menggendong Ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja si Ibu menginginkan. Kemudian pemuda tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?” “Belum, setitis pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu.” Jawab Abdullah bin Umar RA. (Imam Bukhari)

Di dunia ini, tidak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang Ibu. Imam Adz-Dzahabi RA menghuraikan, “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa seperti sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya kerana menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan kesedihan yang panjang. Dia keluarkan harta untuk membayar doktor yang mengubatimu, dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka ia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlaq yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun ditempat terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada isteri dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu urusan yang mudah…”

Ibu, benar-benar bidadari Syurga yang Allah turunkan dengan segera. Maka, sampaikanlah kepadanya betapa kita mencintainya, dan berterima kasihlah atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya kepada kita. Semoga Allah mengampuni dosanya, memberkahi usianya, dan mengumpulkan kita kembali dalam syurga-Nya.

Ibu adalah sosok terpenting dalam konteks pembentukan sebuah generasi. Tanpa seorang ibu yang hebat takkan lahir para manusia yang hebat. Ibulah, madrasah peradaban yang paling awal. Daripada para ibu sebuah peradaban ditentukan. Kesungguhan para ibu mentarbiyah keturunannya mengembalikan  sebuah kegemilangan. Dan kerja-kerja seperti ini, bahkan para bidadari syurga pun belum tentu mampu melakukannya. Dengan kesungguhan inilah, bahkan para bidadari pun akan mencemburuinya.

“Kelak ia menjadi bidadari syurga, Terindah dari yang ada.”
Terima Kasih Ibu… 


0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...