Wahai Ukhti,
Kebahagiaan tetaplah rahsia Illahi, meskipun sejuta
manusia menggapai langit dan menggali bumi, demi kebahagiaan sejati. Keyakinan
terhadap takdir, menjunjung manusia ke arah ketabahan, kepasrahan dan keteduhan
hati. Keihklasan, bak mutiara terpendam, menyorotkan cahaya pasrah, menyambut
keredhaan daripada Illahi.
Wahai Ukhti,
Labuhnya tudungmu tidak menjamin sama sekali dengan
besarnya semangat jihadmu menuju redha Tuhanmu, bahkan labuhnya tudungmu hanya akan dijadikan sebagai identitimu sahaja,
supaya bisa mendapat gelaran akhwat dan dikagumi oleh banyak ikhwan, jangan begitu
ukhtiku..
Wahai Ukhti,
Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan solat
malammu, mungkinkah malam-malammu dilewati dengan rasa rindu menuju Tuhan dan
ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud serta
lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat syaitan berlari
ketakutan, atau sebaliknya malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut dan
bermimpikan mimpi dunia bahkan lupa waktunya untuk bangun
menunaikan solat subuh.
Wahai Ukhti,
Cerdasnya dirimu tak menjamin mampu mencerdaskan
sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu ikut bergembira menikmati
ilmu-ilmu seperti yang ukhti dapatkan,
atau sudah tidak ada peduli sama sekali akan temanmu, saudaramu bahkan
keluargamu, sehingga membiarkannya mereka begitu saja jatuh ke dalam lubang
yang sangat mengerikan iaitu maksiat?
Wahai Ukhti,
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak
menjamin sama sekali dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukkan
musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan ukhti hadapi mulai dari
musuh-musuh Islam sampai musuh hawa nafsu yang selalu haus dan lapar terhadap
perbuatan jahat.
Wahai Ukhti,
Rutin taa’limmu tidak menjamin serutin puasa sunat Isnin
khamis yang dilaksanakan, kejujuran hati tidak boleh dibohongi, kadangkala
semangat begitu bergelora untuk melaksanakan, tapi bila sampai waktunya semangat
rohani tanpa disedari menurun drastik, puasa yaummul Bidh pun dilupakan apalagi
puasa Isnin Khamis yang dirasakan terlalu kerap dalam seminggu, separah itukah
hatimu ukhti?
Wahai Ukhti,
Rajinnya solat malammu tidak menjamin keistiqomahan
seperti Rasulullah SAW dan para sahabat, ramahnya sikapmu tidak menjamin
seramah sikapmu terhadap Tuhan. Masihkah ukhti senang bermanjaan melaksanakan
solat dhuha dan solat malam?
Wahai Ukhti,
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi,
akankah harummu disia-siakan begitu sahaja apabila pergaulanmu mengatasi
batasnya? Bukankah ukhti kelihatan yang terindah disisi Tuhan, kukuh menggenggam syariat tatkala ramai yang lebih
memilih untuk berpeleseran?
Wahai Ukhti,
Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan
hinggap dalam diri ukhti, seperti bersikap pemalas dan tidak ada tujuan atau berlama-lama
menonton tv yang tidak keruan dan hanya akan mengeraskan hati sampai lupa waktunya?
Lupa membantu orang tua, jika begitu bisakah ukhti meraih anak solehah birrul
walidain?
Ayuh ukhti cabar dirimu, bakar semangat mujahidah,
kejar gelaran solehah, gapai segera Mardhatillah. Sungguh bicara ini dilakarkan,
hanya kerana diriku menyayangimu ukhti fillah..
Saudarimu,
Al-Fakir Ilallah..
0 comments:
Post a Comment